9 Fakta Ilmiah tentang Wabah Ebola

Virus ebola cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Di beberapa negara wabah ini dikendalikan. Apa yang bisa dipelajari dari kasus ini

oleh Liputan6 diperbarui 14 Okt 2014, 10:30 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2014, 10:30 WIB
Ilustrasi Virus Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Sesudah 6 bulan Ebola dinyatakan WHO sebagai wabah kesehatan di Afrika Barat, maka ada 9 analisa ilmiah yang bisa dipakai baik untuk penanganan Ebola di dunia, sekaligus pengetahuan Kesehatan Masyarakat yang juga bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.      

Sembilan hal itu adalah :  

Penanganan dini lebih baik



1. Kasus pertama Ebola di Guinea ternyata sampai 3 bulan baru terdeteksi sebagai kasus awal Ebola. Kalau terdeteksi dan ditangani sejak Desember 2013 (kasus anak 2 tahun dan keluarganya itu), maka mungkin Ebola tidak jadi masalah dunia seperti  sekarang ini. ‎Artinya, kalau ada kasus awal suatu penyakit menular berpotensi wabah, segeralah diatasi maksimal agar wabah tidak meluas.

Masalah psikologis



2. ‎Di Liberia
Dampak Ebola bukan hanya kesehatan, tapi juga psikologis daan tekanan lainnya. Masalah wabah penyakit memang bukan hanya kesehatan, tapi juga pssikologis, ekonomis, sosial dan politis.

Penularan luas



3. Di Sierra Leone ada seorang dukun / pengobat tradisional yang meninggal karena Ebola. Pada proses pemakamannya banyak sekali yang hadir, dan ternyata terjadi penularan pada lebih dari 30 kasus Ebola dari proses pemakaman itu. ‎Artinya, penularan Ebola memang cukup luas, khususnya bila ada cairan tubuh terinfeksi (bahkan dari jenazah sekalipun) dan upaya pencegahan penularan harusnya jadi perhatian utama.

Nigeria dan Senegal sukses



4. Nigeria and Senegal berhasil menangani wabah Ebola yang terjadi di wilayahnya. Situasi mereka kini stabil, dan sebentar lagi ke dua negara ini dapat dideklarasikaan “all clear”. Ini menunjukkan, bahwa wabah Ebola dapat diatasi kalau ditangani dengan baik.

Penyuluhan terus



5. Di negara Democratic Republic of Congo timbul wabah Ebola "klasik", tidak berhubungan dengan kasus-kasus di Afrika Barat. Konggo sudah tujuh kali mengalami wabah Ebola. Wabah kali ini bermula dari seorang ibu tertular dari daging binatang yang dibawa pulang suaminya. Artinya, penyuluhan kesehatan ke masyarakat harus terus menerus dilakukan (walaupun wabah sudah berlalu seperti 6 wabah terdahulu di Konggo ini) agar perilaku masyarakat dapat berubah menjadi perilaku sehat.

Pendekatan khusus



‎6. Wabah Ebola kali ini berkembang amat pesat, antara lain juga karena baru pertama kali wabah Ebola Afrika melanda kota besar dan daerah slum perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan penyakit menular yang berdampak luas di masyarakat di daerah perkotaan memang memerlukan pendekatan khusus, yang mungkin berbeda dengan penananganan di daerah lain secara umumnya.

Penguatan sistem kesehatan



7. Salah satu pelajaran penting dari terus meluasnya Ebola di 3 negara awal wabah (Guinea, Liberia dan Sierra Leonne) adalah kenyataan bahwa buruknya sistem kesehatan secara umum akan membuat penyebaran penyakit jadi tidak terkendali. Karena itu, "health system strenthening" atau penguatan sistem kesehatan merupakan kegiatan utama pembangunan kesehatan di setiap negara.  

Antisipasi ke depan



8. ‎Dalam abad ini sudah ada setidaknya empat kali wabah penyakit yang besar, dan meresahkan dunia. Kuman, virus, parasit dan penyebab penyakit lainnya juga mungkin terus bermutasi, berevolusi dan berubah. Pola kehidupan juga terus berkembang, yang bisa memicu hal yang tidak sehat. Bukan tidak mungkin di masa datang akan ada wabah kembali, dan semua kita harus siap mengantisipasinya .

Apa yang dibutuhkan




9. Analisa ke sembilan, adalah apakah Ebola di Afrika Barat ini akan berkembang lebih buruk, lebih luas dan lebih mematikan? Tentu kita tidak ingin ini terjadi. Karena itu perlu upaya penangulangan yang baik kuat. Untuk pengendalian penyakit menular dibutuhkan :
- pimpinan yang menguasai masalah
- program penanggulangan penyakit yang berbasis bukti
- petugas yang bertanggung jawab
- sistem kesehatan yang tertata baik

Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
Kementerian Kesehatan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya