Minat Ikut Program JKN Masih Rendah di Mamuju

Meski Sistem Jaminan Sosial Nasional telah diperkenalkan sejak 1 Januari, namun kesadaran masyarakat untuk ikut

oleh Fitri Syarifah diperbarui 18 Nov 2014, 15:09 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2014, 15:09 WIB
Peserta BPJS Selalu Dianak-tirikan?
Peserta BPJS selalu dianak-tirikan. Hal ini dirasakan dari pelayanan yang berbelit-belit dan lamanya pelayanan kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Meski Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah diperkenalkan sejak 1 Januari lalu, namun kesadaran masyarakat untuk ikut program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini masih kurang.

Seperti disampaikan Kepala cabang BPJS Kesehatan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Hartati Rachim bahwa masyarakat di Kota Mamuju belum terlalu familiar dengan sistem asuransi sehingga masih agak kesulitan untuk menerapkan jaminan kesehatan.

"Belum terlalu familiar saja, jadi kalau mereka daftar perorangan nggak masalah, tapi kalau sekeluarga mikir juga. Misalnya, katakanlah
mereka mau daftar kelas II Rp 42.500 per bulan. Sedangkan 1 keluarga ada 5 anggota keluarga, jadi mereka harus bayar Rp 212.500 gitu, mikir kan. Uang dari mana. Mereka nggak terbiasa mengeluarkan uang secara rutin," jelasnya pada Liputan6.com, ditulis Selasa (18/11/2014).

Melihat sulitnya mengubah mindset masyarakat itulah, lanjut Hartati, sosialisasi dilakukan gencar dengan menghitung pengeluaran
masing-masing keluarga. Misalnya, jika kepala keluarga merokok, artinya mereka punya uang lebih untuk menyisihkan membayar iuran.

"Kami juga sering menyampaikan kalau JKN ini gotong royong. Jadi siapapun yang tidak bisa membayarkan akan ditanggung pemerintah
melalui pemerintah daerah atau disebut Penerima Bantuan Iuran (PBI)," tuturnya.

Informasi ini, kata Hartati, disampaikan melalui radio, hingga komunikasi langsung dan tertulis kepada pemangku kepentingan hingga
camat, dan diharapkan ke lurah-lurah. Selain itu, ada juga juga BPJS center di RS.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya