Liputan6.com, Jakarta Demi perkembangan anak yang optimal, peran orang dewasa khususnya orangtua dan guru sebagai orang yang penting dalam kehidupan anak menduduki tempat yang sangat penting. Hal ini karena berbeda dengan individu yang berada di usia dewasa, anak dalam banyak hal masih memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap orang dewasa di sekitarnya. Oleh karenanya, dapat dipahami bahwa jalan hidup anak di masa depan akan sangat diwarnai oleh bagaimana sikap orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Salah satu tugas penting orangtua dan juga orang dewasa lain yang berperan penting terhadap kehidupan anak termasuk guru adalah membantu anak mengelola perilakunya. Pengelolaan perilaku penting dilakukan oleh anak agar dia dapat beradaptasi dengan kondisi dirinya maupun dengan lingkungan di sekitar dia berada. Agar perilaku anak menjadi positif dan adaptif, orangtua dan orang dewasa di sekitar anak menggunakan berbagai cara antara lain dengan pemberian hadiah untuk meningkatkan perilaku positif dan pemberian hukuman untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku negatif. Salah satu jenis hukuman yang populer digunakan orangtua adalah hukuman badan atau ada juga yang menyebutnya sebagai hukuman fisik.
Baca Juga
Hukuman badan adalah hukuman yang menyebabkan rasa sakit namun tidak sampai melukai. Tujuan dari hukuman jenis ini sebenarnya sama dengan jenis-jenis hukuman lainnya yakni untuk mengurangi dan menghilangkan perilaku negatif anak. Dengan hilangnya perilaku negatif, diharapkan kemudian akan timbul perilaku yang lebih positif.
Advertisement
Kontroversial
Meskipun tampaknya menjadi salah satu cara mendisiplinkan anak yang cukup populer di kalangan orangtua di rumah dan bahkan guru di sekolah, penggunaan hukuman badan ini sebenarnya masih dipandang sebagai hal yang kontroversial. Sebagian mendukung penggunaan hukuman badan dalam konteks memperbaiki perilaku anak; sedangkan sebagian yang lain menolaknya.
Para pendukung penggunaan hukuman badan untuk mendisiplinkan anak berpendapat bahwa cara ini dipandang cukup efektif dilakukan pada individu yang berusia anak-anak asalkan tidak sampai melukai anak. Andaikan ada efek negatif, efek tersebut dipandang tidak terlalu signifikan terhadap perkembangan kehidupan anak secara keseluruhan.
Sementara itu, mereka yang tidak setuju dengan penggunaan hukuman badan pada anak mengatakan bahwa secara mendasar salah satu hak dari semua anak adalah bebas dari hukuman badan. Mereka berpendapat bahwa hukuman badan justru akan memberikan efek samping yang akan sangat merugikan dalam perkembangan anak. Sejalan dengan hal ini, Gershoff (2002) melakukan studi metaanalisis terhadap 88 penelitian dan mengungkapkan bahwa hukuman badan terhadap anak berhubungan dengan meningkatnya sejumlah hal negatif pada anak. Hal negatif tersebut adalah meningkatnya perilaku antisosial, meningkatnya resiko menjadi korban kekerasan saat anak-anak, meningkatnya resiko menjadi pelaku kekerasan saat dewasa, meningkatnya perilaku agresif, dan menurunnya kualitas relasi orangtua dan anak.
Advertisement
Alternatif lain
Terlepas dari pro dan kontra penggunaan hukuman badan untuk mendisiplinkan perilaku anak, sebenarnya masih ada beberapa alternatif cara lain yang dapat digunakan oleh orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya yang memiliki peran terhadap perkembangan anak. Tidak seperti penggunaan hukuman badan, cara-cara ini dipandang lebih aman. Cara-cara tersebut adalah:
- Pemberian hukuman non-fisik
Meskipun ada yang memandang bahwa penggunaan hukuman apapun jenisnya bukanlah pilihan ideal dalam mengubah perilaku anak, jika memang hendak dilakukan, orangtua dapat memilih hukuman non-fisik. Hukuman non-fisik adalah menempatkan anak dalam situasi yang tidak menyenangkan sebagai konsekuensi perilaku negatif yang dilakukan. Situasi tidak menyenangkan ini bisa saja berupa pengurangan atas suatu hak anak misalnya mengurangi uang jajan, mengurangi durasi atau frekuensi melakukan kegiatan yang disenangi, dan sebagainya. Dengan cara ini, anak akan mengubah perilaku negatifnya agar dapat terhindar situasi yang tidak menyenangkan.
- Pemberian penguatan positif untuk meningkatkan perilaku positif anak
Cara lain adalah pemberian suatu situasi yang menyenangkan saat anak melakukan perilaku positif. Meningkatnya perilaku positif di sisi lain akan mengurangi dan menghilangkan suatu perilaku negatif. Misalnya saja daripada menghukum anak karena malas belajar lebih baik mendorong anak untuk belajar dan segera memberikan penguatan positif agar perilaku rajin ini diulang atau dipertahankan di masa yang akan datang. Penguatan positif dapat dilakukan dengan memberikan hadiah (misalnya tambahan jam bermain) atau membebaskan anak dari suatu beban tugas yang sebenarnya harus dia lakukan (misalnya untuk minggu ini anak dibebaskan dari tugas rutinnya membersihkan kebun).
Model perilaku positif
- Pemberian model perilaku positif
Mendisiplinkan anak lewat perubahan perilaku dapat dilakukan juga lewat pemberian model. Cara ini sebenarnya adalah cara yang dipandang cukup fair karena sebelum orangtua atau guru meminta anak melakukan sesuatu, orang-orang dewasa ini sudah memberikan contoh terlebih dahulu. Misalnya daripada hanya menyuruh anak belajar, orangtua sendiri dapat menunjukkan keseriusannya dalam belajar secara rutin sehingga akan mendorong anak untuk melakukan hal yang sama. Contoh lainnya adalah daripada hanya menyuruh anak untuk menghasilkan karya-karya kreatif, seorang guru dapat memberikan contoh terlebih dahulu dengan menghasilkan karya-karyanya sendiri yang akan dapat dilihat, diakui, dan selanjutnya dicontoh oleh anak didiknya.
- Mengajak anak berdiskusi untuk memberikan suatu pemahaman
Cara terakhir biasanya dilakukan oleh orangtua yang banyak menerapkan pola demokratis dalam pengasuhannya yaitu menempatkan anak sebagai individu yang layak didengarkan pendapatnya lewat diskusi yang sifatnya setara. Dalam cara ini, orangtua akan membentuk pemahaman anak namun dengan mendengarkan juga pendapat dan pemikiran sang anak, sesederhana apapun pemikiran tersebut. Cara ini membutuhkan kesabaran dan sikap rendah hati dari orangtua yang berada di posisi yang superior sehingga sebenarnya dapat lebih mudah memaksakan pemikirannya pada anak. Akan tetapi, meskipun kadang membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, cara ini memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihannya adalah pemahaman yang terbentuk dalam pemikiran anak yang kemudian akan diaplikasikan lewat perilakunya cenderung akan lebih permanen karena ada peran internal dari pemikiran sang anak sendiri dalam pembentukannya.
Â
Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog
Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta
Â
Referensi
Gershoff, E. T. (2002). Corporal punishment by parents and associated child behaviors and experiences: a meta-analytic and theoretical review. Psychological Bulletin, 128(4), 539.
Â
Â
Advertisement