Liputan6.com, Jakarta Akhir pekan lalu, seorang bocah berusia 14 tahun ditemukan tewas dengan cara gantung diri di Pancoran, Jakarta Selatan. Ada yang menduga ia terinspirasi komik Jepang kesukaannya. Ini bukan kali pertama komik Jepang diduga menjadi 'inspirasi' remaja bunuh diri, sebelumnya di tahun 2014 remaja putri berusia 15 tahun meninggal karena karena manga 'Death Note'.
Benarkah manga memengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan negatif dengan mengakhiri diri seperti itu?
Baca Juga
"Memberikan dampak tersebut bisa jadi iya," terang psikolog Ajeng Raviando saat dihubungi Liputan6.com lewat sambungan telepon pada Senin (19/1/2015).
Advertisement
Namun, psikolog lulusan Universitas Indonesia ini menekankan bagaimana anak memaknai suatu bacaan atau tontonan tergantung pada cara orangtua dalam memberikan ajaran moral tentang kehidupan kepada anak.
"Orangtua tidak sekedar seorang ayah dan ibu, orangtua punya peranan besar dalam memberikan anak sebuah pondasi karakter dan moral," terang perempuan yang lebih dari 10 tahun menjadi konselor ini.
Ajeng mengingatkan bukan hanya komik Jepang yang bisa memberikan pengaruh negatif pun bisa didapatkan dari video, siaran televisi, games yang mengandung kekerasan, dan masih banyak lagi.
Sehingga anak tidak bisa dilepaskan begitu saja saat asyik membaca, menonton dan bermain. "Tetap dibutuhkan orang yang dipercaya dalam memberikan arahan bahwa hal-hal di dalamnya mana ada yang bisa ditiru mana yang tidak," ujar Ajeng.
Ajeng mencontohkan, misalnya saat anak menonton Superman yang jatuh dari ketinggian lantai 30 masih bisa hidup itu tidak mungkin terjadi pada kehidupan nyata. Terangkan pada anak, bahwa hal tersebut terjadi dalam film untuk membuat jadi menarik saja.
"Inilah pentingnya pendampingan orangtua pada saat menemani anak dalam membaca, bermain atau menonton acara kesukaannya. Orangtua bisa menggali bagaimana pemahaman anak akan apa yang sudah dibaca," tegasnya.
Jika, orangtua menangkap ada yang salah dalam cara anak memahami sesuatu, inilah peran orangtua untuk meluruskan. "Orangtua bisa mengarahkan logika anak sehingga tidak terjebak pada hal-hal yang tidak baik," tukasnya.