Liputan6.com, London - Dua tahun lalu, ketika aktris sekaligus duta PBB, Angelina Jolie (39) menjalani operasi mastektomi ganda, dia menjadi bahan perbincangan publik. Bahkan banyak perempuan mengikuti aksinya. Beberapa hari lalu, Jolie mengumumkan kembali operasi pengangkatan rahim telah dijalaninya demi mengurangi risiko kanker.
Melihat kemungkinan 'Angelina Effect', para pakar kesehatan mengingatkan harus ada pertimbangan matang bersama tim medis saat perempuan akan menjalani operasi. Karena tindakan ini bisa mempercepat menopause.
Demikian pula yang dialami Jolie. Usia 39 tahun rahimnya diangkat, yang artinya ia bakal memasuki menopause lebih cepat satu dekade dibanding perempuan lain. Menurut National Institute on Aging, rata-rata menopause yang dialami perempuan di Amerika Serikat terjadi pada usia 51 tahun.
Advertisement
Beberapa ahli menyatakan, pengangkatan rahim mengurangi risiko kanker ovarium. Namun akan diikuti munculnya masalah lain. Ovarium menghasilkan estrogen sangat penting untuk kesehatan tulang. Tingkat estrogern yang sangat rendah dapat menyebabkan osteoporosis. Jika tidak jaga kesehatan, perempuan bisa mengalami keropos tulang usai menopause, seperti diungkapkan ahli kandungan dari Lenox Hill Hospital, New York, dokter Elizabeth Poynor seperti dilansir Live Science. Menopause juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan demensia (pikun).
"Mengambil keputusan untuk menjalani pengangkatan rahim bukanlah keputusan mudah. Hal ini berdampak pada emosi dan fisik seorang perempuan. Harus dibahas semua keuntungan dan kerugian dengan konselor dan tim medis," terang kepala eksekutif Target Ovarian Cancer, Annwen Jones seperti dikutip Daily Mail, Jumat (27/3/2015).
Baca Juga: