Liputan6.com, Jakarta Sebelum berkecimpung menjadi hipnoterapis, Agus Wirajaya (36) pernah bekerja kantoran selama kurang lebih lima tahun. Namun di tahun ketiga ia merasakan tak ada lagi tantangan saat bekerja. Ia pun mencoba pekerjaan lainnya hingga akhirnya merasa menemukan kebahagiaan yang tak terhingga saat menghipnosis klien. Bahkan kebahagiaan itu juga bisa dirasa orang lain.
Semua bermula ketika usai kuliah. Saat itu Agus bekerja di sebuah department store di Bali. Penghasilannya bisa dikatakan cukup untuk dirinya. Namun kala itu ia belum memiliki pandangan akan dibawa kemana hidupnya ini.
Ia malah menghabiskan waktunya dengan bermain, ke klub malam, dan menggunakan uang hasil jerih payahnya hingga tandas. Bahkan ia pun pernah sampai berhubungan dengan polisi karena suatu hal. "Gaji dan bonus hasil jerih payah saya habis tidak jelas. Saya pun tidak memiliki rencana hidup jelas," terang Agus.
Advertisement
Pria asal Bali ini sadar, sikap hura-hura yang dilakukannya tak berguna. Ia menyesal telah melukai hati orangtua atas sikapnya. Ia pun sudah merasa tak ada lagi tantangan dalam bekerja hingga akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan dan mencoba membuka lembaran baru.
Sembari mencoba usaha baru ia ketemu buku karangan Hipnoterapis Klinis Adi W. Gunawan. Rupanya hatinya tertambat di bidang teknologi pikiran ini. Ia pun lantas mendalami ilmu pikiran di institut milik guru para hipnoterapis klinis Indonesia ini, Adi W Gunawan Institute of Mind Technology.
Tahun 2011, ia sudah berlatih memberi terapi. Kala itu, ia mulai merasai sekelumit rasa bahagia menyeruak dari dalam hatinya yang paling dalam. Ia bersuka cita bisa membantu orang lain.
"Saya merasakan bahwa hipnoterapi bisa membantu saya jadi lebih baik. Mungkin saya tidak bisa memperbaiki apa yang sudah lewat termasuk mengobati 100 persen luka hati orangtua namun saya bisa membantu orang-orang yang membutuhkan,"katanya.
300 Klien
Sejak itu, Agus sudah menerapi 300-an klien dengan beragam masalah mulai dari phobia, ketakutan akan kemisikinam permasalahan suami istri, depresi, dan lainnya. Ia juga pernah membantu menerapi pasien kanker. "Pada kasus ini hipnoterapis memberikan sugesti-sugesti positif pada pasien kanker. Karena sering kali pasien kanker dalam hati kecilnya merasa tidak berguna dan berpikir hal-hal buruk akan terjadi pada dirinya. Pikiran ini bisa mendorong tubuh self-destruktif. Itu berbahaya," ujar pria yang juga lulusan Universitas Udayana Bali ini.
Ayah dari dua orang putri ini pun merasa bahagia ketika mendapati rona ceria dari klien yang awalnya bermuram durja. "Saya juga ikut merasakan bahagia ketika ditelepon klien yang memberitahu masalahnya mulai berkurang," ujarnya.
Tak berhenti di situ, ia bersama istri, Conny Widya pun mulai mengembangkan metode hipnoterapi untuk membantu para wanita yang sedang hamil dan melahirkan. Ia ciptakan sebuah metode hipnobirthing bernama Conny Method. Conny adalah nama istrinya. Dia pakai supaya banyak orang ingat siapa yang menciptakannya.
Tujuan akhirnya tentu saja demi kebahagiaan, kenyamananan, dan kepercayaan diri para ibu kala menjalani kehamilan dan persalinan.