Liputan6.com, Jakarta Provinsi Papua masih membutuhkan bantuan 250 lembar kelambu untuk dibagikan kepada masyarakat di 9 Kabupaten. Pembagian kelambu secara gratis dimaksudkan untuk mengurangi penderita malaria di tanah Papua.
Dinas Kesehatan Papua mencatat, kelambu gratis yang disumbangkan Kementrian Kesehatan hanya 300 lembar dari permintaan Dinas Kesehatan Papua sebanyak 550 lembar, sehingga Papua masih kekurangan kelambu tersebut.
Kepala Unit Pelaksana Teknis AIDS TB Malaria (UPT ATM) Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dokter Ni Yoman Sri Antari menyebutkan tahun lalu dinas kesehatan setempat menyebarkan 1 juta kelambu kepada masyarakat di 16 kabupaten/kota dengan bantuan Global Fund.
Advertisement
Pembagian kelambu dilakukan karena Papua dikenal sebagai daerah endemik malaria dan merupakan daerah tertinggi penderita malaria di Indonesia.
"Penanganan komprehensif untuk menurunkan jumlah penderita malaria di Papua sangat dibutuhkan, salah satunya dengan membagikan kelambu kepada masyarakat," kata Ni Yoman di Jayapura, Rabu (22/4/2015)
Lanjut dia, tahun ini masih ada 9 kabupaten yang belum mendapatkan pembagian kelambu malaria itu, dengan total kekurangan 250 lembar. Pihaknya berharap kekurangan ini bisa dipenuhi tahun depan atau dapat diupayakan oleh pemerintah daerah setempat dengan usaha sendiri.
Saat ini, Papua masih menempati urutan pertama penderita malaria di Indonesia yaitu 43/100 atau dimana 100 orang terdapat 43 penderita malaria. Sementara untuk nasional penderita malaria 27/100Â atau dimana 100 orang terdapat 27 penderita malaria.
"Tahun 2013 angka malaria cukup tinggi yakni 81/100, namun 2014 angkanya mulai turun dengan 43/100 dan turunnya angka ini tak lepas dari pembagian kelambu malaria," ujarnya.
Beberapa wilayah di Papua, khususnya dataran rendah dan pesisir pantai merupakan daerah endemik malaria. Di wilayah pegunungan tengah, daerah terbanyak penderita malaria di Dekai, ibukota Kabupaten Yahukimo.
"Dalam sebulan, di Puskesmas Dekai, obat malaria yang diberikan kepada pasien sebanyak 400 paket. Jadi bisa dibayangkan dalam setahun ada berapa banyak pasien yang berobat,’’ jelasnya.
Sementara di daerah pesisir pantai, wilayah paling tinggi kasus malarianya adalah Kabupaten Keerom dengan angka 300/100, lalu tempat kedua di Kabupaten Mimika dengan angka 117/100 dan Kota Jayapura dengan angka tertinggi 50/100. (Katharina Janur)