Sleep Paralysis, Ketindihan Saat Tidur yang Bikin Panik

Pernahkah Anda terbangun tiba-tiba dan merasa tercekik dan seolah melihat makhluk halus yang membuat Anda ketakutan? Kenapa ya?

oleh Liputan6 diperbarui 08 Mei 2015, 15:45 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2015, 15:45 WIB
Sleep Paralysis Merupakan Gangguan Tidur yang Tidak Berbahaya
Sleep paralysis bisa terjadi pada siapa saja baik pria maupun perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda terbangun tiba-tiba dan merasa tercekik dan seolah melihat makhluk halus yang membuat Anda ketakutan? Jangan-jangan Anda sedang mengalami Sleep paralysis atau yang sering disebut Ketindihan atau eureup-eureup? Siapa pun yang mengalaminya pasti merasa panik dan seperti merasa berhenti bernapas.

Apa itu Sleep paralysis?

The American Sleep Disorder Association (1990) mendefinisikan bahwa sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh mengendalikan otot volunteer selama sleep onset (gypnagogic) atau selama terbangun di antara waktu malam dan pagi (hypnopompic).

Sleep paralysis terjadi ketika seseorang berada pada tidur paling dalam saat seluruh otot relaksasi. Akan tetapi, perubahan tahapan tidur secara mendadak akibat gangguan siklus tidur menyebabkan seseorang tersadar.
 
Ciri lain dari Sleep paralysis adalah perasaan halusinasi, perasaan tercekik, dan sulit menggerakkan lidah. Dalam keadaan ini, seseorang dapat membuka mata, menggerakan bola mata, dan melihat sekeliling namun badannya tidak bisa bergerak.

Dalam jurnal Gilliam tahun 2008, disebutkan keadaan sleep paralysis dapat terjadi selama beberapa menit sampai dua puluh menit. Penelitian yang dilakukan di Universitas Kanada itu menyebutkan bahwa sebanyak 30 persen responden pernah mengalami setidaknya satu kali kejadian sleep paralysis.

Sedangkan menurut Cheyne, et al dalam penelitian tahun 1999, tiga perempat responden mengalami setidaknya satu kali halusinasi dan 10 persennya mengatakan mengalami lebih dari dua kali halusinasi.

Hasil ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia. Menurut Fukuda, Miyasitha, Inugami, & Ishihara, 1987 dan jurnal Spanos, McNulty, DuBreul, Pires, & Bugess, 1995, sebanyak 25-40% responden mengalami sleep paralysis disertai halusinasi .
 
Sleep paralysis, banyak terjadi pada seseorang yang memiliki tekanan atau yang mengalami stres. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kejadian sleep paralysis banyak terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental.

Dalam buku Simard dan Nielson tahun 2005, mengatakan bahwa kejadian sleep paralysis dan kecemasan adalah gejala dari trauma yang pernah dialami pada masa lalu.

Hal ini didukung oleh jurnal yang ditulis oleh Murphy tahun 2006. Jurnal tersebut menyebutkan bahwa seorang anak yang pernah mengalami tindak kekerasan cenderung pernah mengalami sleep  paralysis. Gangguan tidur ini terjadi pada masa remaja pertengahan, yaitu sekitar umur 14-17 tahun. Pada dewasa, persentase kejadian pada laki-laki dan wanita seimbang.
 
Peneliti menemukan beberapa penyebab seseorang mengalami Sleep paralysis yaitu:

1. Kurang tidur
Misalnya pada status siswa atau mahasiswa yang belajar hingga larut malam. Jadwal tidur yang berubah-ubah, misal jet-lag.

2. Kondisi mental
Kondisi seperti stres dan seseorang yang mengalami schizophrenia dengan gangguan berat pada sleep nocturnal.

3. Sleeping on the back
Tidur dengan posisi terlentang dapat menyebabkan tingginya angka kejadian sleep paralysis. Beberapa jurnal menyebutkan bahwa posisi tidur menjadi salah satu alasan sleep paralysis terjadi.

4. Masalah tidur lainnya
Kejadian tidur seperti narkolepsi dan kram pada kaki di malam hari dapat mengganggu tidur tahap REM dan berkontribusi terhadap timbulnya sleep paralysis.

5. Penggunaan beberapa obat
Obat-obatan yang menyebabkan sleep paralysis adalah obat-obatan yang dapat mengganggu pola tidur seseorang seperti diuretic.

6. Penyalahgunaan zat kimia
Seseorang yang minum alkohol dapat mudah terserang sleep paralysis. (Ruby Larasaty/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya