Liputan6.com, Jakarta Penyembuhan tidak terjadi begitu saja. Penyembuhan membutuhkan ketekunan dedikasi dan disiplin. Delapan prinsip tasawuf adalah kunci maju menuju tingkat yang lebih baik, lebih halus.
Kedelapan prinsip ini dibahas dalam buku Seni Penyembuhan Sufi, karangan Linda O' Riordan, R. N. Berikut ulasannya:
1. Zikr (mengingat)
Ingat pada Tuhan, Zikir bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan melantunkan lafaz-lafaz zikir. Zikir adalah proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Zikir orang-orang terpilih bertujuan meleburkan saksi
(syahid) kepada yang disaksikan (Masyhud), disolusi seseorang kepada yang dicintai.
Fikr
2. Fikr (berpikir, meditasi)
Berada dalam keadaan bertanya-tanya. Berpikir melibatkan praktik penghentian apa yang sedang dikerjakan dan sebagai gantinya memusatkan perhatian ke dalam diri dengan konsentrasi pada satu titik. Berpikir adalah keadaan sadar tanpa harapan atau kegiatan mental, sebuah perjalanan dari dunia eksternal menuju esensi diri.
3. Sahr (bangkit)
Membangkitkan jiwa dan tubuh. Suatu proses mengembangkan kesadaran mata dan telinga, proses mendengarkan hati dan proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi. Bila kita bangkit, kita betul-betul menyadari misi kita dalam hidup ini, takdir kita dan kemampuan untuk terus memberi kontribusi pada proses evolusi.
Advertisement
Ju'i
4. Ju'i (merasa lapar)
Merasakan lapar hati dan pikiran untuk bertahan mencari dan mendapatkan kebenaran. Proses ini melibatkan hasrat dan keinginan mendalam untuk tetap tabah dan sabar mencari jati sejati kita.
5. Shumt (menikmati keheningan)
Berhenti berpikir dan mengatakan hal yang tidak perlu. Ini adalah proses menenangkan lidah dan otak, juga beralih dari godaan eksternal menuju Ilahi.
Shawn
6. Shawn (puasa)
Memuasakan tubuh dan pikiran. Proses ini termasuk puasa fisik, juga melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta persepsi indera eksternal. Proses ini adalah proses pembersihan dan regenerasi pada semua tingkat.
7. Khalwat (bersunyi sendiri)
Berdoa dalam kesunyian baik secara eksternal maupun internal, dan melepaskan diri. Seseorang dapat tetap lekat dengan orang lain saat sendiri atau bersunyi di tengah orang banyak.
8. Khidmat (melayani)
menyatu dalam kebenaran pemimpin dan menyatu dalam kebenaran eksistensi, Tuhan. Seseorang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan pribadi.
Advertisement