Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini ada mahasiswa mendapat kecaman di media sosial gara-gara memamerkan foto dirinya lakukan pembunuhan pada sejumlah kucing hutan. Ini bukan kali pertama orang memamerkan aksi keji membunuh hewan yang bukan hewan potong kemudian diunggah ke media sosial, sebelumnya juga ada beberapa kasus serupa. ( Pembantaian Kucing Hutan, Dua Mahasiswa Banjir Kecaman di Socmed)
Tindakan keji yang dilakukan oleh segelintir orang tersebut tentu saja menyulut rasa amarah banyak orang. Mereka dianggap tak punya perasaan ketika memamerkan foto hewan yang mati dan berlumur darah.
Advertisement
Lalu, sebenarnya apa yang terjadi dengan orang-orang yang sering memamerkan aksi keji seperti ini di media sosial?
Menurut spesialis kedokteran jiwa Danardi Sosrosumihardjo sebenarnya untuk bisa menegakkan diagnosis kesehatan jiwa seseorang perlu dengan bertemu langsung. Namun jika melihat secara jauh orang yang memotong , menyiksa, menyakiti hewan maupun makhluk lain bisa jadi mengarah ke gejala sadisme.
"Sadisme itu melakukan tindakan seperti menyakiti, membunuh, atau memotong di luar perikemananusiaan terhadap makhluk lain," tutur dokter Danardi saat dihubungi Health-Liputan6.com dalam sambungan telepon pada Rabu (21/10/2015).
Tindakan ini bisa dilakukan sekali atau momen sesaat, tapi bisa juga berkali-kali. Sadisme banyak yang dilakukan diam-diam. Tapi bila orang tersebut memamerkan aksi kejinya ke media sosial itu pasti ada kepuasaan tertentu seperti dikatakan dokter Danardi.
Namun ketika sadisme ini diikuti dengan ciri lain, yakni orang tersebut memiliki sikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain, suka melanggar norma/kaidah sosial, mudah sekali melakukan tindak kekerasan, tidak mampu merasakan rasa bersalah dan cenderung menganggap orang lain yang melakukan kesalahan, serta seringkali memiliki perilaku memicu konflik dengan orang sekitar bisa mengarah pada gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian yang dimaksud adalah antisocial personality disorder atau istilah yang sering digunakan masyarakat kita yakni psikopat.
Namun kembali lagi dokter Danardi tegaskan, untuk bisa mendiagnosis kesehatan jiwa seseorang tak bisa dilakukan jarak jauh namun perlu pemeriksaan langsung.