Liputan6.com, Jakarta Pekerjaan sudah tetap, gaji sudah lebih dari mencukupi, jabatan sudah oke, rumah sudah ada, tapi ada satu yang kurang: pasangan. Hal tersebut sering dihadapi oleh para pekerja di kota-kota besar.
Sayangnya, kesibukan membuat banyak orang usia dewasa di perkotaan tak memiliki waktu untuk mencari si dia yang dirasa tepat. Sehingga orang-orang ini pun merasa tak mampu untuk mencari jodoh.
Baca Juga
"Sebenarnya tak ada yang salah dengan orang-orang ini, mereka hanya sibuk," terang co-founder biro jodoh premium asal Singapura Lunch Actually, Violet Lim.
Advertisement
Sibuk bukan satu-satunya alasan sulit mendapatkan pasangan, Lim juga menemukan fakta bahwa orang yang bekerja di tempat yang mayoritas pekerjanya berjenis kelamin sama pun mengalami permasalahan ini, misalnya pekerja di tambang dan guru.Â
Demi mewujudkan keinginan para profesional untuk memiliki pasangan, Lim dan suaminya mendirikan biro jodoh ini. Berbeda dengan biro jodoh lainnya, data mendasar para anggotanya harus diketahui lewat sesi interview bersama konsultan.
Â
Â
Konsultan ini telah dipilih setelah berhasil melewati tiga tahap. Mereka juga sudah di latih sehingga mampu menggali tentang kepribadian member dan calon pasangan yang diinginkannya.
"Saat masuk menjadi anggota, konsultan kami akan berbicara santai dengan para anggota menanyakan tentang diri, mantan pacar, pekerjaan dan calon pasangan idaman. Tak lupa juga disertakan slip gaji," terang Lim.
Data-data tersebut akan menjadi milik internal guna mencocokkan pasangan mana yang cocok. Di Indonesia sendiri, rata-rata wanita Indonesia berusia 25-39 tahun dan pria 28-45 tahun yang menjadi member Lunch Actually. Biro jodoh ini sudah mampu membantu beberapa pasangan untuk memiliki hubungan eksklusif meski belum ada yang sampai menikah.
"Memang belum ada yang sampai menikah karena biasanya butuh perkenalan 18-20 bulan untuk mencapai tahap pernikahan. Namun sekitar 85 persen pasangan yang dipertemukan memberikan feedback mereka bahagia," terang Lim.Â
Â