Liputan6.com, Shanghai - Para peneliti melakukan analisa terhadap 15 merek garam meja yang lazim dibeli di pasar swalayan di seluruh Tiongkok dan mereka mendapatkan temuan yang kurang menyenangkan.
Garam itu mengandung partikel plastik ukuran mikro jenis polyethylene terephthalate yang biasanya dipakai sebagai bahan kemasan air minum. Tidak hanya satu jenis, tapi ada sejumlah jenis plastik lain, misalnya polyethylene, cellophane, dan sejumlah jenis plastik lainnya.
Menurut ulasan Scientific American pada 29 Oktober 2015 lalu, pencemaran tertinggi ditemukan pada garam yang berasal dari samudra. Para peneliti mengukur ada lebih dari 1.200 partikel plastik untuk setiap pound garam. Ukuran 1 pound setara dengan hampir 454 gram, jadi angka itu berkisar pada 2.646 partikel per kilogram.
Advertisement
Tim peneliti yang dipimpin oleh Huahong Shi dari East China Normal University itu juga menemukan sejumlah partikel plastik dalam garam yang didapatkan dari danau payau, sumur payau, dan tambang garam dalam kadar yang lebih sedikit, antara 12 hingga 800 partikel untuk setiap pound, yaitu antara 27 hingga 1764 partikel per kilogram.
Shi dan rekan-rekannya berpendapat bahwa pencemaran plastik bermula dari begitu banyaknya polusi plastik yang mengapung di lingkungan kelautan di mana garam laut berasal.
Misalnya, serpihan plastik dapat berasal dari benda yang lebih besar seperti botol-botol plastik, yang dibuang ke air. Atau berasal dari produk kosmetik, misalnya dari pembersih muka yang menggunakan butir plastik mikro sebagai penggosok.
Para peneliti itu menambahkan bahwa sejumlah tempat masuknya pencemaran plastik yang juga memungkinkan, misalnya selama pemrosesan garam, pengeringan, dan pembungkusan.
Menurut Sherri Masoon, jika melihat cara pembuatnya mengambil garam laut dari air laut dengan cara penguapan, maka pencemaran plastik diduga meluas juga di luar Tiongkok.
Kata peneliti polusi plastik di SUNY Fredonia itu, “Plastik telah menjadi pembungkus di mana-mana, tidak peduli apalah ditemukan plastik dalam garam laut di pasar swalayan Tiongkok atau Amerika Serikat.”
Menurut tim di bawah pimpinan Huahong Shi, jika seseorang mengkonsumsi garam laut Tiongkok dalam jumlah sebanyak-banyaknya yang disarankan oleh World Health Organization (WHO), maka orang itu sudah menelan 1.000 butir partikel plastik mikro setiap tahun.
Jumlah ini masih lebih sedikit daripada 11.000 partikel plastik mikro yang tertelan setiap hari oleh penyantap ikan bercangkang di Eropa, yang tercemar oleh sejumlah kecil polusi kelautan sebagaimana terbitan laporan tahun lalu.
Sherri Masoon—merujuk kepada keberadaan logam berat dan bahan kimia lain dalam polusi plastik—memberikan amaran agar memperkecil hadirnya plastik dalam rantai pangan. (Alx)