Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Studi: Teman tapi Mesra Ingin Lebih dari Sekadar Seks

Teman tapi mesra atau friends with benefits bisa dikatakan hanya sebatas teori.

oleh Risa Kosasih diperbarui 26 Nov 2015, 20:30 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 20:30 WIB
Love Forecast: Friendzone
Love Forecast: Friendzone (Film Korea)

Liputan6.com, Jakarta - Teman tapi mesra atau friends with benefits bisa dikatakan hanya sebatas teori. Istilah yang menjelaskan tentang hubungan pertemanan atas dasar kebutuhan seksual ini telah diteliti sering berakhir di luar skenario awal.

Banyak orang yang tak bahagia setelah menjalani hubungan ini gara-gara gagal mengikuti aturannya, hingga berakhir pada rasa sakit hati serta hancurnya persahabatan. "Ketika saya meneliti buku ini, The Man Puzzle: A Guide to Understanding Men (Heart, Mind and Soul), saya secara personal mewawancarai ribuan laki-laki di kelompok kecil, kurang lebih ribuan wanita dan lebih dari satu periset," kata sang penulis, Phillip Petree.

Dikutip dari AskMen, Kamis (26/11/2015), Petree mengungkapkan lewat survei perilaku seks, pria yang berpartisipasi dalam hubungan teman tapi mesra, ternyata jumlahnya terbagi rata. "Ketika ditanya apakah salah satu pasangan akhirnya terluka hatinya, 70 persen mengatakan ya. Ketika ditanya apakah orang yang sakit hati ini ingin lebih dari hubungan sebelumnya, 91 persen juga mengatakan ya," ia menambahkan.

Kalau kenyataannya teman tapi mesra sulit diakhiri dengan kisah manis, hal ini sering terjadi. Yang paling pahit, Anda sebagai mantan 'mitra seks' ditinggalkan dan tak dianggap teman lagi.

"Teman tapi mesra kedengarannya seperti teori yang memberikan dunia terbaik untuk kedua pihak. Namun biasanya berakhir dengan drama yang tidak diinginkan dan menyakiti perasaan," kata Avi Kahan, pendiri aplikasi kencan InviteUp.

"Entah Anda bertransisi jadi pacar atau berhenti terikat ketika seseorang merasa emosionalnya terpenuhi. Jadi kunci sukses hubungan ini adalah, pertama, menerima bahwa ini adalah situasi jangka pendek. Dan kedua, bersikap jujur dengan orang lain dan dengan diri sendiri," kata Kahan. (*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya