Dulu, Kokain Digunakan untuk Obati Batuk Anak

Pengobatan jaman dulu jauh berbeda dengan dunia kedokteran sekarang, misalnya saja, heroin yang digunakan pada anak-anak.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Nov 2015, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2015, 14:00 WIB
Dulu, Kokain DIgunakan untuk Obati Batuk Anak
Pengobatan jaman dulu jauh berbeda dengan dunia kedokteran sekarang, misalnya saja, heroin yang digunakan pada anak-anak.

Liputan6.com, Jakarta Obat yang kita konsumsi saat sakit zaman kini tentu lebih modern caranya abad ke-18 atau ke-19 praktisi medis akan memotong setengah lidah untuk menyembuhkan gagap. Mungkin cara itu kini dianggap tak masuk akal tapi belum tentu zaman dulu.

Situs Huffingtonpost Australia, Minggu, 29/11/2015, mengumpulkan beberapa praktik medis paling gila yang pernah digunakan:

1. Sirup batuk kokain untuk anak-anak

Perusahaan obat Jerman, Bayer yang mengkomersilkan aspirin pernah menjual heroin sebagai sebagai obat, yakni untuk batuk biasa dan demam.

Opiat itu tersedia dari akhir 1890-an dan dipasarkan untuk anak-anak sampai 1912.

Ironisnya, salah satu alasan pertama heroin dikembangkan adalah sebagai pengganti morfin non-adiktif. Sayangnya, ternyata obat batuk heroin itu lebih buruk dari pendahulunya. Akhirnya Bayer berhenti membuat heroin pada tahun 1913.

2.Tikus untuk obati kutil

Tikus binatang pengerat yang menjijikkan itu pernah dianggap bersifat obat.

Mesir kuno berpikir sakit gigi dapat disembuhkan dengan membuat semacam 'paste tikus mati' yang dicampur bumbu dan bahan-bahan lainnya. Sedangkan di Inggris, tikus setengah mati digunakan untuk mengobati kutil.

Pijat kelamin dan penusuk es

3. Penusuk es untuk lobotomi ke otak

Lobotomi dulunya sangat populer di Amerika, dengan 40.000 sampai 50.000 diperkirakan - dilakukan selama akhir 1940-an dan awal 1950-an.

Awalnya lobotomi dilakukan Psikiater Water Freeman dengan metode sepuluh menit yang dikenal 'ice pick' lobotomi.

Lobotomi merupakan prosedur yang dilakukan dengan memasukkan alat medis ke dalam rongga mata untuk memotong saraf di bagian depan otak. Lobotomi biasanya dilakukan untuk mengatasi sakit mental, dengan gagasan menghapus 'emosi berlebih' melalui memotong saraf tertentu dalam otak bisa disembuhkan.

Pasien dibuat pingsan oleh sengatan listrik sebelum Freeman melakukan prosedur lobotomi. Namun praktik itu menurun kepopulerannya setelah obat anti-psikotik tersedia.

4. Pijat kelamin untuk obati histeria wanita

Vibrator sebenarnya dikembangkan sebagai alat obat. Perempuan pada abad ke-19, diyakini tidak memiliki dorongan seks dan harus cukup banyak berhubungan seks untuk menyenangkan pasangan mereka.

Kejutan, kejutan - ini berarti ada banyak perempuan frustrasi seksual yang terjadi di sekitar - tapi dokter menyebut kondisi ini sebagai 'histeria'.

Kemudian bidan setempat atau praktisi medis pada akhirnya melakukan pijat genital agar menghasilkan orgasme dan berhasil.

Vibrator diciptakan agar dokter bisa istirahat dari semua pijat untuk membuat wanita orgasme.

Lintah dan kokain

5. Penyedotan darah dengan lintah

Pertumpahan darah telah ada sejak zaman Mesir, namun mencapai puncak popularitas di Eropa pada abad ke-19.

Praktik ini dengan cara menghilangkan darah berlebih pasien.

Pada dasarnya, praktik berkembang karena diyakini tubuh manusia mengandung unsur udara, air, bumi dan api dalam bentuk cairan (darah, dahak, empedu hitam dan empedu kuning.)

Menurut teori ini, salah satu alasan pasien menunjukkan tanda-tanda penyakit disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak seimbang. Obatnya cukup dengan mengurangi darah.

Hal ini dapat dilakukan dengan memotong pembuluh darah dan menguras sejumlah darah pasien atau dengan menggunakan lintah.

Penggunaan lintah di Eropa mencapai puncaknya antara 1830 dan 1850, kemudian tak populer lagi, meskipun terkadang pengobatan di barat masih menggunakannya untuk membantu menyembuhkan kulit cangkokan dan mengembalikan sirkulasi darah, atau untuk membuang darah padat dari luka.

6. Kokain di mata

Kokain biasanya lebih terkait dengan hidung, tapi awalnya digunakan untuk membantu operasi mata.

Pada tahun 1884 dokter mata Austria Karl Koller menemukan sifat jaringan mematikan obat dan akan menggunakan beberapa tetes kokain sebagai anestesi lokal sebelum operasi. Itu dianggap sangat efektif, dokter lain mulai menggunakannya sebagai obat bius untuk prosedur tenggorokan dan hidung.

Testis kambing

7. Testis kambing untuk obati impotensi

Penggunaan testis kambing dalam pengobatan berkat seorang yang dikenal John R. Brinkley. Ia sebenarnya bukan dokter. Ia membeli gelar diplomanya seharga US$ 500

Pada awal 1900-an, Brinkley menjadi salah satu dokter terkaya di Amerika, setelah mengklaim ia bisa menyembuhkan impotensi, infertilitas, dan masalah seksual lainnya dengan pembedahan menanamkan testis kambing ke dalam skrotum pria. Alhasil dia mendapat julukan dari 'Dokter Kelenjar Kambing'.

Namun prosedur yang dilakukan sangat berbahaya . Testis kambing yang membusuk dan sayatan gangren menyebabkan kematian beberapa ratus pasien. (Melly)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya