Ini Salah Satu Penyebab Banyak Anak Jalanan Putus Sekolah

Pendidikan formal yang tidak memadai membuat anak jalanan putus sekolah

oleh Bella Jufita Putri diperbarui 18 Feb 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 09:30 WIB
20150727-Hari-Pertama-Masuk-Sekolah-Jakarta3
Guru mengatur para murid sebelum upacara di SD Pasar Baru 05, Jakarta, Senin (27/7/2015). Usai libur panjang Idul Fitri para siswa kembali beraktivitas mengikuti pelajaran di sekolah untuk tahun ajaran 2015-2016. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kini anak-anak di Indonesia wajib dapatkan bangku pendidikan selama 12 tahun, mulai sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Namun tak sedikit anak Indonesia putus sekolah akibat asyik bekerja dan meraih penghasilannya sendiri. 

Banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah terutama faktor ekonomi. Seperti Yanty, si pengamen cantik yang berhenti sekolah saat 3 SD.

Yanty mengaku tak mau lanjutkan pendidikan lantaran malas dan lebih memilih mencari uang untuk hidup dia dan keluarganya.

"Mungkin lebih baik tidak memberikan cap bahwa mereka 'malas' sekolah, karena banyak faktor yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk mengikuti sekolah formal yang ada," jelas Yohana Ratrin Hestyanti, Psi, dosen di Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Jakarta, Rabu (17/02/2016).

Psikolog Yohana menerangkan bahwa penyebab anak berhenti dari sekolahnya karena alami kesulitan belajar. Dan pada anak jalanan ada faktor lain yang mempengaruhi berhentinya sang anak dari sekolah.

"Kurikulum yang berat, di mana untuk menguasai materi-materi tersebut membutuhkan bimbingan memadai dari orang dewasa. Kondisi ini tentu tidak fit dengan anak-anak yang memiliki orangtua yang tidak tahu bagaimana cara mendampingi anak (karena dulu mereka juga tidak sekolah)," jelas psikolog yang aktif dalam masalah kaum marjinal ini.

Menurut Yohana, pendekatan di sekolah formal bersifat klasik seperti satu guru mengajar sekitar 40 siswa. Kondisi tersebut menjadikan anak-anak ini tidak mendapatkan kesempatan untuk mengerti apa yang mereka pelajari.

"Akibat dari kesempatan belajar di sekolah yang tidak memadai akhirnya menyebabkan nilai-nilai anak menjadi jelek. Mereka sering dimarahi atau dicap bodoh, dan mereka semakin tidak suka dengan belajar di sekolah. Kondisi ini seringkali membuat banyak anak 'terlempar' dari sistem pendidikan formal," ungkap Yohana melalui surel yang terima Health-Liputan.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya