Liputan6.com, Jakarta Penduduk Badui Dalam masih memercayai bahwa sakit gigi adalah kutukan. Siapa yang sakit gigi, berarti dia kena kutukan. Maka itu cukup sering terjadi, pasangan suami-istri bisa sampai cerai gara-gara pasangannya sakit gigi.Â
Baca Juga
"Saat saya wawancara ketua adat di Badui, ada yang cerai gara-gara sakit gigi," kata penerima Anugerah Dokter Gigi Peduli dari Pepsodent, Gracety Shabrina. Grace adalah pendiri Dents Do, komunitas yang memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Saat ini Grace masih tercatat sebagai mahasiswi FKG Universitas Padjajaran, Bandung.
Advertisement
Tak cuma itu, penduduk di sana juga yakin penyakit gigi dapat terjadi akibat terlalu sering menyantap makanan pedas, bukan makanan manis.
"Mereka juga tidak mengenal sikat dan pasta gigi. Mereka mengandalkan sabut kelapa untuk membersihkan kotoran yang menempel di mulut," ujar dia, ditulis Jumat (26/2/2016)
Kondisi memprihatinkan itu membuat Grace dan teman-temannya melakukan pendekatan selama 1,5 tahun. Tak lain untuk mengubah pola pikir masyarakat di Baduy Dalam, menyikat gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi.
"Saya harus mendekati ketuanya dulu. Karena tidak bisa langsung men-judge kalau cara mereka (menyikat gigi) salah," kata Grace.
Pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah. Di sejumlah kota di Indonesia, masih ada yang menganggap sikat gigi bukanlah suatu hal yang penting.