Kisah Penderita Mikrosefali yang Berjuang Melawan Zika

Anaknya, Daryle Koltay yang kini berusia 19 tahun berjuang melawan mikrosefali.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 26 Mar 2016, 13:02 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2016, 13:02 WIB
Kisah Penderita Mikrosefali yang Berjuang Melawan Zika
Anaknya, Daryle Koltay yang kini berusia 19 tahun berjuang melawan mikrosefali.

Liputan6.com, Jakarta Kehidupan terasa tidak mudah bagi Lisa, seorang ibu yang tinggal di ST. Petersburg, Florida, Amerika. Anaknya, Daryle Koltay yang kini berusia 19 tahun tengah berjuang melawan mikrosefali.

Jangankan kuliah seperti anak seumurannya, Koltay tidak dapat mengekspresikan emosinya, sering merasa disorientasi, tidak dapat berpakaian sendiri, apalagi membaca atau menulis dan membutuhkan perawatan khusus.

Lisa mengatakan, Koltay lahir dengan kondisi medis langka yang menyebabkan lingkar kepala lebih kecil sehingga otaknya tidak berkembang atau berhenti tumbuh. Mikrosefali sebutannya. Biasanya dipicu kelainan genetik, namun dapat memicu Down Syndrome, sindrom kromosom, dan sindrom neurometabolic.

 

Sang ibu sangat yakin, kondisi anaknya ini terkait dengan virus zika yang hingga kini masih menjadi ancaman di beberapa negara. Dia pun bingung ketika dokter mengatakan ada yang salah dengan anaknya.

"Dokter bercerita tentang microcephaly, mereka mengatakan anak saya bisa menjadi buta, tuli dan berpotensi lumpuh. Jelas, saya sangat terpukul - saya tidak tahu apa yang harus dipikirkan atau katakan. Saya hanya tidak bisa berhenti menangis," katanya, seperti dikutip Dailymail, Sabtu (26/3/2016).

Untuk menyembunyikan kepalanya yang kecil, Lisa mengatakan, selalu memberikan potongan rambut poni untuk menambah volume kepalanya. "Bagian tersulit adalah mencoba mendidik masyarakat, karena anak saya bukan bahan olokan."

Tapi nasi telah menjadi bubur, meski Koltay tak seperti anak normal lainnya namun Lisa justru mengambil hikmah dari peristiwa ini. Dia mencari sponsor, kemudian mengirim peralatan yang diperlukan ibu-ibu di negara terinfeksi zika dengan harapan bisa membantu mereka. Dia juga mengajak anaknya ikut serta membantu.

"Koltay pejuang sejati, meski sulit berkomunikasi namun dia selalu semangat membantu prang lain. Saya bangga padanya," ujarnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya