Masyarakat Terlalu Reaktif Tanggapi Kasus Sonya Depari

Kasus Sonya Depari yang mengaku anak jenderal ramai dikomentari oleh netizen di Indonesia, dan ini dia tanggapan psikolog anak

oleh Bella Jufita Putri diperbarui 09 Apr 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2016, 10:00 WIB
Sonya Depari
Kasus Sonya Depari yang mengaku anak jenderal ramai dikomentari oleh netizen di Indonesia, dan ini dia tanggapan psikolog anak

Liputan6.com, Jakarta Setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap manusia pastilah memiliki konsekuensinya tersendiri, seperti kasus Sonya Depari, siswi SMA Methodist 1 Medan (Methosa) Rabu lalu sempat menggegerkan dunia media sosial akibat melawan polwan saat ditilang.

Bukan hanya melawan polwan, gadis belasan tahun ini mengaku sebagai anak jenderal dan terekam dalam sebuah video sehingga ia mendapat jutaan reaksi pedas dari para netizen.

Dari kacamata psikolog Efnie Indrianie, perilaku Sonya Depari memang arogan jadi pantas saja ia mendapatkan tanggapan negatif. Namun terkadang komentar yang diberikan masyarakat pun dapat meresahkan karena terlalu berlebihan.

"Ciri khas masyarakat kita itu memang reaktif, ditambah kurangnya budaya baca yang baik," ungkapnya saat dihubungi Health-Liputan6.com, Jumat (8/4/2016).

Menurut Efnie, masyarakat di Indonesia masih kurang bisa menempatkan diri untuk menanggapi sesuatu hal. Sebagian besar individu tidak mengetahui persis seperti apa duduk perkaranya namun hanya asal memberikan komentar.

"Ini sudah menjadi salah satu budaya. Mereka cuma main berkomentar dengan gaya menasehati, tapi mereka pun belum tentu juga bisa menangani," jelas psikolog Efinie.

Efnie pun mengungkapkan kasus ini pun terjadi akibat pola pikir masyarakat di Indonesia yang masih salah kaprah terhadap definisi remaja sebenarnya.

"Di budaya kita ini umumnya menganggap remaja itu sudah besar sudah dewasa, padahal secara psikologis belum," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya