Liputan6.com, Jakarta Pernikahan di usia 13 banyak terjadi pada remaja yang tinggal di pedesaan Cina. Yang membuat hati miris, baik suami maupun istri bukan berasal dari keluarga berada. Rumah orangtua ada di atas gunung tapi ditempati hanya sebulan sekali sebab keduanya bekerja di tempat yang jauh sekali dari tempat tinggal mereka.
Ada juga pasangan yang memutuskan untuk menikah padahal baru bertemu sekali. Seperti Jie dan Win, yang akhirnya menikah tiga hari setelah mereka bertemu di festival musim semi.
Baca Juga
Sekarang ini menemukan istri yang cocok adalah pekerjaan sulit. Para ahli mengatakan, remaja laki-laki tak sungkan mengikat remaja perempuan yang mereka rasa klop untuk dijadikan pendamping hidup karena takut diambil orang lain.
Advertisement
Lie Neng, Profesor Sosiologi dari Universitas peking, menikah di usia yang sangat dini adalah norma budaya untuk anak-anak di daerah pedesaan yang kebanyakan di antara mereka belum mencapai pubertas. Konsekuensi yang harus mereka emban adalah tinggal di rumah orangtua untuk membantu bercocok tanam, kehidupan sosial terbatas, dan mimpi mereka untuk menjadi orang yang berhasil harus dikubur dalam.
Sebab, kebanyakan dari mereka yang menikah di usia 13 itu memutuskan untuk berhenti sekolah.
Dikutip dari situs Daily Mail, Jumat (15/4/2016), menurut Muyi Xiao, fotografer yang mengabadikan momen-momen kehidupan pengantin remaja itu, ada pun alasan para gadis mau menerima pasangan menjadi suami mereka karena takut dijodohkan oleh orangtua mereka.