Liputan6.com, Jakarta Mengompol tidak melulu soal ketidakmampuan si Kecil menahan tumpukan cairan di kandung kemih. Lima puluh persen anak yang menunjukkan kondisi enuresis nocturnal (tidur basah) disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan yang berasal dari ibu, ayah, atau mungkin keduanya.
Menurut Nephrologist Pediatrik Rumah Sakit Sir Ganga Ram di Mumbai, India, Kanav Anand, apabila orangtua tidak mampu mengendalikan kandung kemih mereka saat tidur di masa kanak-kanak dulu, 75 persen kondisi serupa dapat terjadi pada si Kecil.
Baca Juga
Begitu juga kalau orangtua tidak pernah mengompol, kemungkinan anak mengompol sangat kecil.Â
Advertisement
Baca Juga
"Pada anak-anak yang mengompol, tingkat vasopressin arginin (suatu hormon yang menurunkan produksi urine oleh ginjal) turun saat tidur, menyebabkan kandung kemih mengisi perlahan," kata Anand dikutip dari Times of India, Senin (30/5/2016).
Anand mengatakan, cukup banyak anak baik yang memiliki kandung kemih lebih kecil atau besar, tidak menyadari bahwa kandung kemih mereka penuh.
Mengompol, lanjut Anand, cenderung dialami anak laki-laki ketimbang perempuan sampai mereka berumur 12 tahun.
Para pakar mengatakan, sembelit dan beberapa gejala gangguan ADHD mungkin terkait dengan mengompol pada anak, sehingga penting bagi orangtua untuk mengonsultasikan masalah tersebut ke dokter anak.
P.K Pruthi, rekan sejawat Anand mengatakan, mengompol juga bisa terjadi karena masalah psikologis. Trauma akibat pernah mendapat pelecehan seksual atau ditinggal mati salah satu dari orangtuanya.