Liputan6.com, Jakarta - Rose Geil, 39, merasa kepercayaan dirinya timbul setelah menumbuhkan jenggot yang sempat membuat dia risih. Keberadaan rambut lebat yang menutupi area dagu, bibir atas, dan pipi telah membuat Rose bahagia.
Kelebihan tunas rambut terjadi saat Rose berumur 13 tahun. Perempuan dari Oregon, Amerika Serikat ini harus mencukur rambut-rambut halus itu setiap hari. Kegiatan ini telah menjadi ritual selama 20 tahun.
Advertisement
Rose bahkan pernah menjalani prosedur laser dengan biaya mahal agar jenggot itu tidak muncul lagi. Namun, kerja kerasnya tak membuahkan hasil. Lelah, setelah mencoba banyak cara tapi tak pernah berhasil, Rose akhirnya membiarkan jenggot itu tumbuh dan menutupi sebagian area wajahnya.
"Aku lelah melakukan itu, karena selama sekolah aku harus menyembunyikan kondisi ini dari teman-temanku yang membuat aku tidak nyaman," kata Rose dikutip dari Daily Mail, Kamis (9/6/2016).
Rose bersyukur mendapat banyak dukungan, terlebih dari sang ibu. Selama ini Rose sadar, sang ibu bukan tidak pernah melakukan apa-apa agar Rose tidak merasa risih dengan kondisinya itu. "Ibuku pernah memberi pil KB dan obat lainnya, tapi tidak ada satu pun yang efektif," Rose menambahkan.
Hingga sekarang Rose belum dapat kepastian mengenai kondisinya ini. Tapi dari beberapa penjelasan ilmiah yang pernah dia baca, kemungkinan kondisinya itu lantaran sindrom ovarium dan genetika.
"Tentu awalnya sangat menakutkan, karena aku juga punya hubungan dengan laki-laki. Tapi di usiaku yang telah genap 20 tahun, aku coba memberi pemahaman untuk diriku sendiri," Rose menekankan.
Rose telah membuat pisau cukur dan semua alat untuk mencukur jenggot lebatnya itu. Sekarang dia hidup sebagai Rose, perempuan dengan jenggot lebat.