Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, petugas kesehatan hanya berasumsi Zika dikaitkan dengan mikrosefali, cacat lahir yang melumpuhkan otak dengan kepala mengecil. Tetapi kurangnya bukti ilmiah membuat mereka tidak bisa yakin.
Sekarang, para peneliti dari Inggris dan Brasil telah merilis studi pertama kelompok kontrol yang didedikasikan untuk subjek, dan hasilnya mencolok. Zika pun dikonfirmasi sebagai penyebab mikrosefali.
Tim memeriksa semua bayi yang lahir dengan mikrosefali di delapan rumah sakit umum di timur laut Brasil, antara 15 Januari hingga 2 Mei tahun ini dengan total 32. Mereka pun membandingkan setiap anak untuk dua bayi tanpa mikrosefali.
Advertisement
Mayoritas mengejutkan, 80 persen dari bayi dengan mikrosefali yang lahir dari ibu yang terkena virus Zika adalah hampir setengah dari mereka juga mewarisi virus tersebut, dilansir laman Dailymail, Jumat (16/9/2016).
Namun para peneliti menemukan bahwa tidak semua kasus mikrosefali memiliki kelainan otak. Hanya tujuh dari 27 kasus dengan mikrosefali yang menjalani scan otak dan diketahui memiliki kelainan otak.
"Ini adalah studi kasus, kontrol pertama yang meneliti hubungan antara virus Zika dan mikrosefali menggunakan analisis molekuler, dan serologi untuk mengidentifikasi virus Zika di kasus dan kontrol ketika lahir," ujar Dr Thalia Barreto de Araujo.
"Temuan kami menunjukkan bahwa virus Zika harus resmi ditambahkan ke daftar infeksi kongenital bersama toksoplasmosis, sifilis, varicella-zoster, parvorius B19, rubela, cytomegalovirus, dan herpes," lanjutnya.
Studi ini diminta oleh Kementerian Kesehatan Brasil untuk menyelidiki penyebab epidemi mikrosefali sebagai kesehatan darurat masyarakat peduli internasional tahun ini.
Laura Rodrigues, profesor penyakit menular epidemologi di London School of Hygiene & Tropical Medicine mengatakan, " Temuan awal dari studi kasus kontrol ini adalah bagian yang hilang dalam jigsaw dalam hal membuktikan link."