Akibat Dilecehkan Semasa Kecil, Pria Ini Punya 5 Kepribadian

David Lee (58), mengalami gangguan indentitas disosiatif (DID), yang membuat pekerjaan dan hubungannya menjadi sulit

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 29 Sep 2016, 13:30 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2016, 13:30 WIB
Ilustrasi kepribadian ganda
Ilustrasi kepribadian ganda (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta David Lee (58), mengalami gangguan indentitas disosiatif (DID), yang membuat pekerjaan dan hubungannya menjadi sulit, namun sebuah terapi dapat membantunya.

Ketika Lee berbicara, ia menyebut dirinya sebagai “kami”. Saat ini, “kami” tersebut terdiri dari empat kepribadiannya yang lain, ditambah dengan Lee sendiri. Namun di masa lalu, ia bahkan memiliki 37 kepribadian yang berbeda.

Lee, memiliki gangguan DID, yaitu penyakit mental yang mempengaruhi 0,01 hingga satu persen dari populasi umum, dan pernah disebut sebagai gangguan kepribadian ganda, menurut Aliansi Nasional Penyakit Mental (NAMI). Gejala DID, bisa jadi termasuk depresi, kecemasan, kecenderungan bunuh diri, dan kebingungan akibat identitas diri yang terpisah.

Butuh waktu lebih dari 30 tahun untuk Lee mendapatkan diagnosis yang benar. Karena dulu sebelum itu terjadi, ia sempat dirawat karena dianggap mengalami gangguan stres pascatrauma dan jenis-jenis penyakit mental lainnya. Pada satu titik, ia meminum banyak obat antipsikotik yang membuat gejalanya malah jauh lebih buruk.

Namun hal ini berubah sekitar delapan tahun lalu, yaitu ketika istrinya menjadi frustrasi akibat efek samping yang ditimbulkan dari obatnya. Istri Lee pun mencari bantuan terapis untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Lee.

“Seseorang akhirnya mengangkat telepon pada suatu perubahan yang akan saya lalui. Ada satu kepribadian di sini dan ada satu kepribadian di sana, namun saya tidak bisa ingat apa-apa,” kata Lee di rumahnya, di Orlando, Florida.

Orang-orang dengan DID, cenderung kehilangan waktu mereka tidak ingat ketika kepribadian lain sedang mengambil alih tubuhnya. Dan ini adalah salah satu petunjuk yang membantu terapis membuat diagnosis DID, serta mulai mengungkap masa lalu Lee.

Ketika masih anak-anak, Lee mengatakan bahwa ia berpindah-pindah panti asuhan dan sering mendapat pelecehan, baik secara fisik, seksual, dan emosional. Kepribadiannya yang lain muncul sebagai caranya untuk mengatasi pelecehan yang dialaminya tersebut, dan menjaganya dari semua rasa sakit.

Salah satu kepribadiannya yang muncul akibat hal tersebut adalah Dawn, seorang anak berusia 10 tahun yang berperan sebagai teman bermain dan teman terbaiknya. “Ketika aku masih sangat muda, saya tidak punya teman, sehingga Dawn membantu saya dan menjaga saya,” ujar Lee.

Kepribadiannya yang lain adalah seorang pria tangguh bernama Danny, yang membantu Lee melewati hari-harinya di Angkatan Darat Amerika Serikat. Serta Patty yang mengajarkan Lee bagaimana berbicara dengan gadis-gadis.

“Perjalanan hidup Lee memang agak khas seperti orang dengan DID lainnya. Anak-anak melalui pemikirannya yang magis dapat membuat imajinasi berbentuk manusia datang dan membantu mereka. Setelah otaknya melakukan ini sekali, hal tersebut akan menjadi lebih mudah untuk melakukannya lagi dan lagi,” ujar seorang psikoterapis di Orlando, David Baker-Hargove, PhD. Sehingga bisa dikatakan gangguan DID yang dialami Lee berakar dari masa kanak-kanak.

Menurut NAMI, orang dengan DID mungkin memiliki sedikitnya dua alter-ego atau sebanyak 100 kepribadian berbeda. Namun jumlah rata-ratanya sekitar sepuluh kepribadian.

Melalui terapi yang dijalaninya, Lee telah mampu mengurangi jumlah identitas kepribadiannya. Kini kepribadian yang sudah dikeluarkan tersebut, hanya muncul dalam situasi tertentu.

Masalah utama dari kepribadian Lee yang bermacam-macam, bahwa mereka kerap memiliki pendapat yang berbeda mengenai apa yang harus dan tidak seharusnya Lee lakukan. Dan ini telah menyebabkan beberapa perselisihan dalam hubungan pribadi dan profesionalnya.

“Tujuan kami agar mereka (kepribadian Lee yang lain), dapat bergaul dan berkomunikasi lebih baik, serta memberitahu Lee ketika mereka sedang mengambil alih, sehingga Lee tidak kehilangan waktu yang sedang terjadi,” kata Baker-Hargrove.

Le memiliki sebuah pusat kebugaran dan menjadi pelatih serta binaragawan profesional. Ia pun juga mengajar tinju dan jiujitsu sebagai relawan di Police Athletic League.

Lee telah menikah selama sepuluh tahun dan memiliki seorang putra berusia 14 tahun dari hubungan sebelumnya. Namun hubungannya dulu tidak mudah baginya, karena sangat sulit untuk berinteraksi dengan orang lain akibat kepribadiannya yang dapat mengambil alih dan terkadang tanpa peringatan.

Pengobatan DID pada Lee terus berkembang, namun tujuan terapi bisa berbeda di antara orang-orang dengan DID. Beberapa mungkin memilih untuk untuk menggabungkan semua kepribadiannya ke dalam dirinya, namun bukan itu tujuan Lee,  Everydayhealth, Kamis (29/9/2016)

“Integrasi adalah sebuah pilihan, dan tidak semua pasien DID memiliki pilihan yang sama. Ini akan menjadi suatu kerugian emosional besar bagi David Lee untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka (kepribadiannya yang lain),” ujar Baker-Hargrove.

Seperti yang Lee katakan, “Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa Dawn, saya sangat menyayanginya.” 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya