Membangun Karakter Anak Lewat Ruang Keluarga

Ruang tengah sering juga disebut ruang keluarga adalah pusat kegiatan sosial sebuah keluarga

oleh Fitri Syarifah diperbarui 14 Okt 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2016, 10:00 WIB
Ilustrasi. Foto: Fun at Home with Kids
Ilustrasi. Foto: Fun at Home with Kids

Liputan6.com, Jakarta Ruang tengah--sering juga disebut ruang keluarga--adalah pusat kegiatan sosial sebuah keluarga. Di sinilah pusat kehangatan keluarga terpancar.

Setelah seharian beraktivitas, seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah untuk berbagi cerita, bertukar pendapat, menyusun rencana, dan segala macam. Komunikasi antara orangtua dengan anak pun terjalin secara intens di area ini. Yang mengejutkan, komunikasi jenis ini juga berpengaruh terhadap daya tangkap anak.

“Selain faktor genetis, pendidikan, gizi, teman, dan tingkat pendidikan ayah dan ibu, kecerdasan anak juga dipengaruhi oleh interaksi dengan anggota keluarga,” ujar Roslina Verauli, psikolog anak dan keluarga, seperti dimuat dalam keterangan pers Rumah.com.

Tak hanya itu, kemampuan sosialisasi seorang anak, menurut Vera, juga dipengaruhi oleh interaksi anak dengan orang tua. “Seorang anak yang kompeten secara emosional akan kompeten pula secara sosial,” ujarnya.

Jika orangtua tak mampu menjalin komunikasi yang hangat dengan anak, maka si kecil kehilangan kepercayaan diri. “Seorang anak yang kepercayaan dirinya rendah akan rentan menjadi korban bully

Pelaku bully biasanya mencari korban yang rendah rasa percaya dirinya dan ini terlihat dari gerak tubuhnya,” ujar motivator pendidikan kreatif, Rahmi Dahnan. 

 

Cara menjalin komunikasi dengan anak

Lalu, bagaimana cara menjalin komunikasi yang baik dengan anak?

Psikolog dan konselor keluarga, Widiawati Bayu, menjelaskan bahwa setiap keluarga wajib memiliki "ritual keluarga", yaitu saat seluruh anggota keluarga berkumpul.

“Ritual keluarga ada banyak macamnya. Bisa saat makan malam, bisa di ruang keluarga, yang penting ada waktu untuk berbincang dari hati ke hati, akademis, membahas topik yang menyenangkan,” ujarnya.

Bahkan keluarga Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, memiliki ritual “Mawar dan Duri” setiap makan malam. Masing-masing anggota keluarga menceritakan satu peristiwa menarik dan satu kejadian menjengkelkan yang terjadi pada hari tersebut.

Tujuan ritual keluarga ini tidak hanya untuk berbagi wawasan, tetapi melatih anggota keluarga, khususnya anak, agar lebih berani berekspresi dalam emosi. 

 

Merancang ruang keluarga ideal

Merancang ruang keluarga yang ideal

Agar anggota keluarga tidak cepat merasa bosan saat harus melakukan ritual keluarga tanpa televisi, maka ruang keluarga harus dirancang senyaman mungkin. Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik dan kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh penataan furniture.

“Sesuaikan dengan cermat setiap furnitur yang akan digunakan dengan besaran ruang. Ruang akan terasa sesak saat penataan dilakukan berlebihan, baik secara ukuran, bentuk, atau pemilihan warna,” ujar arsitek dan desainer interior, Esya Roza, dari Desain Dekor.

Sesuai namanya, ruang keluarga harus menjadi area yang menjadi ‘pengikat’ keluarga. Di ruangan ini, Anda bisa menampilkan benda-benda memorabilia anggota keluarga. Memajang kaus kaki pertama si kecil, misalnya, dan menunjukkan dan mengingatkan betapa besar perhatian orang tua terhadap buah hati. Anda juga bisa menampilkan karya-karya si kecil seperti lukisan atau puisi untuk keluarga, foto-foto liburan.

"Jadikan ruang keluarga sebagai museum yang menebar kenangan,” Esya menambahkan.

Kenyamanan ruang keluarga juga diciptakan lewat pemilihan pernik dekorasi. Karpet yang nyaman dan bantal-bantal besar atau bean bag bisa menciptakan suasana santai dan nyaman, sehingga anggota keluarga betah berlama-lama. Anda juga bisa mengganti sofa dengan daybed. Untuk warna, Anda dapat memilih warna alam, seperti tekstur kayu untuk lantai, atau batu alam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya