Liputan6.com, Jakarta Wanita dianggap sebagai sebuah telur. Jika pecah, maka tak akan berharga. Telur dianggap merepresentasi mengenai keperawanan. Selama puluhan hingga ratusan tahun, mitos mengenai keperawanan banyak beredar, khususnya di beberapa negara di dunia yang masih memegang adat, seperti Indonesia.
Salah satunya, mengenai wanita yang kerap kali berolahraga akan membuat selaput dara robek, hingga tak perawan lagi. Mitos atau fakta?
Baca Juga
1. Asal Kata Perawan
Advertisement
Sebelum mengetahui faktanya. tak ada salahnya mengetahui tentang istilah "perawan" dari bahasa Latin yaitu "virga", yang berarti "tunas muda". Juga, istilah berasal dari kata "virginem", yang berarti "gadis. Gadis yang belum menikah atau wanita". Kata pertama kali muncul dalam bahasa Inggris pada abad kesembilan, diwartakan Telegraph. Hal ini awalnya diterapkan hanya untuk perempuan.
2. Merkontruksi Selaput Dara
Menurut American Society of plastik Surgeons, permintaan untuk hymenoplasty: operasi merekontruksi selaput dara, dilansir Dailymail. Artinya, pemulihan bedah keperawanan yang kini terus berkembang. Ini adalah salah satu operasi paling populer dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan kembali merekatnya dinding vagina, maka rasa sakit dan pendarahan saat melakukan sexual intercourse pun dapat terjadi kembali. Akhirnya, beberapa wanita yang telah menikah bisa kembali merasakan seperti perawan lagi.
Keperawanan sebagai Komoditas
3. Keperawanan sebagai Komoditas
Di beberapa negara, keperawanan dijual sebagai suatu komoditi yang berharga. Di Jepang, misalnya, geisha bisa menjual keperawanannya di upacara yang berjudul "mizuage".
Pakar antropologi Liza Dalby menyebutkan, mizuage merupakan fase penting bagi seorang calon Gesiha. Setelah melaksanakan mizuage, para maiko dianggap dewasa. Namun ritual menjual keperawanan ini akhirnya tidak diperbolehkan lagi atau ilegal sejak 1959.
4. Saringan Jadi Simbol Keperawanan
Di abad pertengahan Eropa, saringan menjadi simbol keperawanan. Lalu, wanita yang masih perawan diharuskan mampu membawa air dalam saringan. Itu sebabnya Ratu Elizabeth I dalam lukisannya pada 1579 memegang saringan di tangan kiri untuk menekankan keperawanannya.
Advertisement