Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

5 Mitos Keperawanan yang Perlu Dipahami Mendalam

Mitos keperawanan perlu dipahami kebenarannya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 30 Jan 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2017, 17:00 WIB
Keperawanan
Mitos keperawanan yang harus dipahami kebenarannya.

Liputan6.com, California, Amerika Serikat Permasalahan keperawanan masih kental diyakini di beberapa masyarakat di belahan dunia. Apalagi wanita yang hendak menikah atau akan menjalani malam pertama, pertanyaan "Masih perawan atau tidak?" kerap menghampiri.

Bila wanita ketahuan kehilangan keperawanan sebelum menikah, seolah-olah ia dicap bersalah dan bisa dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya.

Dilansir dari laman Bedsider, Senin (30/1/2017), Paula Hillard, profesor Obstetri dan Ginekologi dari Stanford University School of Medicine, California, Amerika Serikat membeberkan mitos keperawanan.

Mitos #1 Selaput dara harus robek saat pertama kali berhubungan seks.

Mitos terbesar keperawanan yakni soal selaput dara yang rusak ketika seorang wanita pertama kali berhubungan seks. Adanya darah yang keluar menandakan ia masih perawan.

Di masa lalu, beberapa budaya menguji keperawanan pada seprai yang berdarah dari ranjang untuk menunjukkan, wanita muda masih perawan.

Pada kenyataannya, banyak wanita tidak mengalami selaput dara yang robek atau perdarahan saat pertama kali berhubungan seks. Hal ini dikarenakkan selaput dara elastis.

Mitos yang beredar ini memunculkan kecemasan bagi beberapa wanita soal rasa sakit dan perdarahan saat pertama kali berhubungan seks, yang akan membuat hubungan seks menjadi sulit.

Ketika seorang wanita terangsang, otot-otot di dekat mulut vagina dapat santai sehingga vagina mengeluarkan pelumas alami agar seks lebih nyaman (bahkan jika Anda baru pertama kali melakukannya).

Cemas soal rasa sakit dapat menyebabkan pengetatan otot-otot dan kurang pelumasan, yang dapat menyebabkan rasa sakit atau perdarahan.

Mitos 2

Mitos #2 Perawatan kesehatan dapat mengetahui selaput dara rusak atau tidak.

Mitos lain yang umum diyakini, perawatan kesehatan secara profesional dapat menyampaikan, apakah wanita pernah atau tidak melakukan hubungan seks dengan memeriksa selaput daranya.

Faktanya, setelah pubertas, pemeriksaan perawatan kesehatan yang menunjukkan ada atau tidaknya luka pada selaput dara yang mungkin jarang terjadi akibat perkosaan tidak dapat diketahui.

Hal ini dikarenakan sebagian besar wanita punya selaput dara yang sangat elastis.

Mitos 3

Mitos #3 Menggunakan tampon memengaruhi keperawanan.

Penggunaan tampon (semacam pembalut) yang memengaruhi keperawanan mungkin masih jarang terdengar. Berbeda dengan pembalut biasa, tampon dimasukkan ke dalam vagina.

Tampon tipis diyakini memengaruhi pembukaan selaput dara septate (septate hymen) dan selaput dara yang sangat kecil, selaput dara microperforate ( microperforate hymen).

Sekitar satu dari dua ribu anak perempuan, selaput dara tidak mengalami pembukaan, yang disebut selaput dara imperforata. Hal ini menyebabkan nyeri bulanan yang terjadi setelah waktu menstruasi pertama (rata-rata usia 12 tahun sampai 12,5 tahun) dan tidak ada perdarahan menstruasi.

Untuk itu, ide yang baik bagi Anda agar berpikir ketika memutuskan untuk mencoba tampon.

Mitos 4

Mitos #4 Pemeriksaan ginekologi memengaruhi keperawanan.

Faktanya, tes ginekologi merupakan tes kesehatan secara keseluruhan bukan hanya untuk seks saja. Pemeriksaan alat kelamin eksternal ini direkomendasikan American Academy of Pediatrics sebagai tes rutin dari perawatan kesehatan untuk anak-anak dan remaja.

Tes pap smear untuk mendeteksi sel prakanker dari leher rahim biasanya melibatkan penggunaan alat yang disebut spekulum yang pada dinding selaput dara yang elastis dan vagina. Pada umumnya disarankan dimulai pada usia 21 tahun.

Pemeriksaan spekulum kemungkinan diperlukan sebelum usia 21 tahun bila ada gejala atau masalah tertentu.

Mitos 5

Mitos #5 Pasangan seks dapat mengetahui, apakah wanita masih perawan.

Pada mitos nomor dua, dokter kandungan yang berpengalaman tidak bisa mengatakan seorang wanita telah melakukan hubungan seks. Lantas bagaimana pasangan dapat mengetahui wanita masih perawan?

Sebenarnya, pasangan tidak bisa langsung mengetahui wanita masih perawan. Wanitalah yang bersikap terbuka dengan pasangan soal sejarah seksual Anda.

Keterbukaan ini akan membangun kepercayaan sekaligus membuat Anda sehat dan bahagia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya