Liputan6.com, Jakarta Manusia kayu dari Sragen, Sulami, disebut oleh tim dokter mengalami mixed tissue connective dissorder. Sesuai namanya, MTCD atau penyakit jaringan ikat campuran, memiliki tanda-tanda dan gejala yang merupakan "campuran" dari gangguan sejumlah penyakit terkait imunitas tubuh, seperti lupus, scleroderma, dan polymyositis.
dr Rieva Ermawan SpOT, salah satu anggota tim dokter yang menangani manusia kayu berumur 35 tahun ini, mengatakan bahwa pada penyakit ini, bukan tulang keras yang bermasalah, melainkan tulang lunak beserta penyangga, seperti otot.
Advertisement
Baca Juga
"Tulang itu tidak bisa berdiri sendiri tanpa penyangganya. Dan pada pasien ini, tulang lunak dan penyangganya ini mengalami kelainan, ada beberapa yang sudah menjadi tulang," ujar Rieva pada Rabu (1/2/2017)
Menurut Rieva, penyakit jaringan ikat ini bisa dideteksi jika sejak mengalami gejala-gejala, Sulami langsung melakukan skrining. "Sayang, ini tidak terdeteksi sejak awal," kata Rieva menambahkan.
Akibat penyakit jaringan ikat yang termasuk kelainan genetik ini, membuat otot Sulami yang semestinya bisa gerak, seolah-olah diam, seperti tulang, sehingga "menyulap" perempuan berjilbab itu menjadi manusia kayu.
Dalam dunia medis, kata Rieva, kondisi ini disebut juga dengan splinting. Yaitu mengkakukan sendi yang seharusnya bergerak. Namun, meski bahu, siku, panggul, dan lutut mengalami kekakukan, kondisi serupa tidak terjadi pada bagian punggung Sulami yang dinilai masih cukup bagus.
Sejauh ini evaluasi masih dilakukan guna menentukan bagian mana saja yang harus cepat dioperasi. Sebab, tindakan ini perlu melihat kondisi klinisnya.
"Mungkin yang mendesak adalah, mengoperasi bagian mana saja yang mendukung aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, buang air besar, dan kecil," kata Rieva menjelaskan.
Merujuk pada Mayo Clinic, Jumat (2/3/2017), penyakit jaringan ikat campuran yang menyebabkan Sulami menjelma jadi manusia kayu, termasuk gangguan autoimun. Dampak yang dirasakan adalah sistem kekebalan tubuh (yang bertanggung jawab memerangi penyakit) keliru menyerang sel-sel sehat.
Sistem kekebalan tubuh kemudian menyerang serat yang menyediakan kerangka kerja dan penyokong tubuh kita. Para peneliti masih terus bekerja, mengidentifikasi protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan mixed tissue connective dissorder.
Komplikasi serius juga rentan dialami oleh pasien dari penyakit yang umum dialami perempuan di bawah umur 30 tahun, seperti Sulami si manusia kayu.
Dari tekanan darah tinggi pada paru-paru yang merupakan penyebab utama kematian pada pengidap mixed tissue connective dissorder, penyakit paru-paru interstisial yang dapat memengaruhi kemampuan pasien untuk bernapas, penyakit jantung, sampai kerusakan ginjal.