Liputan6.com, Jakarta Perasaan takut umumnya tidak dinikmati oleh manusia. Penampakan mahluk gaib, keberadaan binatang buas di dekat kita, suara petir yang menggelegar, pengumuman kelulusan ujian, presentasi di depan seluruh angkatan, semua hal ini pasalnya membuat jantung berdebar kencang dan keringat bercucuran.
Rasa takut merupakan respon umum yang dialami manusia ketika ia tengah berada dalam kondisi yang mengancam keselamatan jiwa atau kesuksesannya melakukan suatu hal.
Kendati tidak nikmat dirasakan atau dilalui, rasa takut sebetulnya memicu bereaksinya hormon sehat endorfin dan dopamin dalam otak. Kedua hormon tersebut merupakan pencipta rasa bahagia manusia.
Tanpa disadari, saat seseorang merasa takut, otaknya dibanjiri oleh hormon yang menggairahkan aktivitas dalam otak dan memicu perasaan euforia. Selain, endorfin dan dopamin, ada satu hormon lain yang juga dilepaskan oleh otak ketika seseorang merasa takut. Hormon tersebut adalah oksitosin.
“Hormon oksitosin membantu mempererat hubungan antar manusia,” ungkap Margee Kerr, sosiolog yang mempelajari perasaan takut manusia, kepada TIME, mengutip Rabu (8/2/2017).
Margee berpendapat, ketika seseorang berbagi pengalaman menakutkan dengan orang lain, contohnya seperti sedang berada di dalam rumah hantu bersama, rasa keterikatan, kedekatan dan bergantung antar satu sama lain meningkat secara instan.
Ini membuktikan bahwa rasa takut meski tidak nikmat dirasakan dapat membantu seseorang menghadapi dan melewati situasi yang membuatnya stres.
Dapat juga diaplikasikan dalam situasi menakutkan lainnya seperti ketika memberikan presentasi di depan kelas. Rasa takut itu akan membuat seseorang lebih fokus karena ada konsekuensinya.
Rasa takut itu juga akan membangkitkan kepercayaan diri seseorang ketika berhasil dilewati. Tanpa perasaan tersebut, apa pun seakan tidak ada nilainya karena tidak ada yang dipertaruhkan. Kesuksesan pun lebih terasa ketika kita melaluinya dengan susah payah melawan perasaan takut.
“Anda akan lebih kuat dan tangguh menghadapi situasi dan kondisi menakutkan ke depannya. Situasi menegangkan pun dapat dikendalikan lebih baik,” tutup Margee.
Rasa Takut Itu Menyehatkan Jiwa dan Mental, Kok Bisa?
Ada segudang alasan kenapa merasa takut itu justru melahirkan efek positif pada kesehatan.
diperbarui 08 Feb 2017, 18:00 WIBDiterbitkan 08 Feb 2017, 18:00 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
DJ Cantik Tantang Gus Iqdam di Rutinan Sabilu Taubah, Ngaku Janda Buntutnya Minta Hal Tak Terduga
Debat Pilkada Jakarta, Pramono Tegaskan Tidak Akan Serang Personal
Tangis Pecah PJ Wali Kota Tangerang Sesaat Memantau Belasan Anak Asuh Diduga Korban Pelecehan
Keunikan Badak Jawa, Salah Satu Spesies Langka Indonesia yang Dilindungi
Pro Kontra Praktik Jual Beli Sampah Eropa ke Negara-negara Asia Tenggara
Ada Perempuan Curhat tentang Suaminya, Harus Bagaimana? Simak Nasihat Ustadz Das'ad Latif
Wapres Ma'ruf: Kita Boleh Mengakhiri Jabatan, tapi Tidak Boleh Akhiri Pengabdian
Viral di TikTok, Tren Cek Khodam Akan Diangkat ke Layar Lebar
Mengenal Eris, Planet Katai Terjauh di Tata Surya
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Sabtu 5 Oktober 2024
KJP Bakal Dihapus Bila Program Sekolah Swasta Gratis Diberlakukan? Ini Kata DPRD Jakarta
Art Jakarta 2024, Merayakan Karya Seni dalam Berbagai Rupa dan Aktivasi Anti-mainstream