Liputan6.com, Jakarta Pengguna narkoba tidak pandang bulu status ekonomi, orang kaya dan miskin bisa saja mengonsumsi obat terlarang ini. Namun, ada perbedaan alasan antara mereka dengan tingkat ekonomi atas dan rendah dalam mengonsumsi narkoba.
Dalam studi dipublikasikan jurnal Drug and Alcohol Dependence, peneliti melakukan penyelidikan terhadap 412 pengguna narkoba di Amerika Serikat. Mereka biasa mengonsumsi kokain dan heroin. Hasilnya sekitar 50 persen tingkat keuangan pengguna narkoba berada di bawah garis kemiskinan setempat.
Baca Juga
Peneliti menemukan ada karakter tertentu pada orang kaya yang cenderung mengonsumsi narkoba. Mereka dengan karakter tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang sadar dengan kehidupan yang dihadapinya diprediksi memiliki kemungkinan besar mengonsumsi kokain atau heroin.
Advertisement
Sementara, pada orang dengan ekonomi rendah, karakteristik yang tidak teratur serta tidak displin tidak berlaku. Sebagian besar orang miskin menjadi pengguna narkoba dengan alasan stres akan kemisikinannya.
"Kepribadian yang tidak disiplin dan teratur pada orang kaya yang mengonsumsi kokain mungkin bukan satu-satunya alasan mereka menjadi pengguna narkoba. Namun dua sifat tersebut cenderung bisa digunakan untuk memprediksi menjadi pengguna narkoba," kata psikiatris Rac Persaud dalam tulisannya di Huffington Post UK mengutip Senin (27/3/2017).
Lalu, dalam studi ini juga mendapati fakta orang kaya yang rentan mengalami gangguan emosi dan antagonis memiliki risiko lebih besar dalam mengonsumi narkoba dibandingkan yang emosinya stabil.
"Bisa jadi orang kaya yang memiliki perilaku 'menyimpang' seperti menjadi pengguna narkoba, mungkin mengindikasikan ke arah tipe kepribadian yang disfungungsional dibandingkan orang miskin yang melakukan hal sama," kata Rac lagi.