Liputan6.com, Jakarta Sampai saat ini, ketika bicara tentang alat kontrasepsi, wanitalah yang lebih banyak memiliki pilihan. Alat kontrasepsi wanita, seperti pil, IUD, dan implan hormonal sudah banyak digunakan secara luas untuk mencegah kehamilan.
Sementara itu, alat kontrasepsi untuk pria, sejak dulu, masih sangat terbatas. Pria harus memilih di antara dua pilihan yang berbeda jauh, kondom--yang bersifat sekali pakai--atau vasektomi, yang nyaris permanen.
Baca Juga
Untungnya hal ini ada kemungkinan berubah di masa depan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menemukan, alat kontrasepsi suntik (KB Suntik) untuk pria bisa jadi segera ditemukan.
Advertisement
"Studi ini menemukan, ada kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal pada pria yang akan mengurangi risiko kehamilan tak terencana pada pasangan wanitanya," ujar penulis studi Dr. Mario Philip Reyes Festin dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swis.
Selama ini, sudah ada beberapa usaha untuk mengembangkan alat kontrasepsi untuk pria. Para peneliti telah menguji beberapa metode, termasuk pil KB, dan KB suntik, menggunakan hormon sintesis untuk memblok efek testosteron secara sementara sehingga testis akan berhenti memproduksi sel sperma yang sehat.
Namun hal ini adalah sesuatu yang sulit dicapai, karena pria secara konstan terus memproduksi sperma. Mereka menghasilkan sekitar 1.500 sperma setiap detiknya.
Belum lagi, hal itu juga harus bisa berhasil dicapai tanpa menurunkan kadar testosteron sampai di mana hal itu bisa menimbulkan efek samping--seperti berkurangnya libido. Para peneliti di Guttmatcher Institute percaya, KB suntik bisa jadi pilihan yang tepat.
Baru-baru ini, para peneliti dari Wolverhampton University juga telah menemukan senyawa baru yang bisa menyetop protein yang memungkinkan sperma berenang. Jika sel sperma tidak bisa berenang, sel telur tidak akan bisa dibuahi. Hal ini hanya akan bertahan selama beberapa hari, membuat pria jadi tidak subur
Namun, tidak seperti pil KB pada wanita yang membutuhkan waktu seminggu untuk bisa mulai bekerja, senyawa ini hanya membutuhkan beberapa jam atau bahkan beberapa menit untuk aktif.
Tim di balik studi ini akan segera memulai tes pada hewan dalam waktu dua atau tiga tahun ke depan. Jika hal ini berhasil, produk ini akan dipasarkan dalam bentuk pil KB, atau semprotan hidung pada tahun 2021. Mengutip Medical Daily, Senin (10/4/2017).