Synesthesia Bikin Dokter Tampan Ini Mampu Rasakan Sakit Pasien

Bak memiliki kekuatan super, dokter tampan yang berbasis di Boston, Joel Salinas, mampu merasakan sakit yang dialami pasien-pasiennya.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 20 Apr 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2017, 10:00 WIB
dokter-ilustrasi-xyz-131128b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Bak memiliki kekuatan super, dokter tampan yang berbasis di Boston, Joel Salinas, mampu merasakan sakit yang dialami pasien-pasiennya. Ya, dokter saraf berusia 33 tahun ini dianugerahi empati yang lebih tajam dibanding manusia pada umumnya. Fenomena ini dikenal sebagai synesthesia, kondisi ketika bagian otak seseorang yang terkait empati dan persepsi sosial dipercaya lebih aktif dibanding dengan orang-orang lainnya.

Memiliki kondisi unik ini bukan hal mudah bagi Salinas. Dia bisa merasakan apa yang dirasakan orang di sekitarnya. Saat berhadapan dengan orang yang sedang sakit kepala misalnya, Salinas akan merasa kepalanya berat. Atau sewaktu membantu pasien melahirkan, Salinas bisa merasakan konstraksi di perut.

Melansir laman New York Post, Kamis (20/4/2017), tanda-tanda synesthesia sudah dialami Salinas sejak dia masih kanak-kanak. Dibesarkan di Miami, AS, Salinas kecil gemar menonton film kartun seperti Road Runner dan Wile E. Coyote. Namun bila ada adegan tokoh kartun itu terlindas sesuatu, Salinas kecil pun akan merasakan sensasi pada tubuhnya.

Semakin dewasa, fenomena synesthesia yang dialaminya semakin berat. Contohnya waktu dia melihat dua teman perempuannya berkelahi ketika di SMA. Pada saat yang sama Salinas merasa kulit kepalanya seperti tertarik oleh rambut. "Mereka saling cakar dan aku merasa seperti ada banyak anak panah menghujani wajahku," ujarnya. 

Dengan synesthesia, Joel Salinas merasa lebih terbantu ketika mendiagnosis pasien. (Foto: New York Post)

Joel Salinas baru memahami bahwa dia memiliki kemampuan unik merasakan apa yang dirasakan orang lain setelah melakukan penelitian literatur pada 2005. Dia membaca sebuah tulisan mengenai temuan para peneliti dari Goldsmiths College, University of London, dan University of Sussex di Inggris mengenai hal tersebut. Dia bahkan pergi ke Inggris untuk mendapatkan tes saraf dari para peneliti tersebut pada 2014.

Rupanya, Salinas juga memiliki bentuk synesthesia lain yang disebut chromesthesia. Kondisi unik ini biasanya dialami oleh para musikus. Mereka bisa melihat suara dalam bentuk warna serta manifestasi lainnya.

Pada akhirnya, kondisi unik itulah yang membuat Salinas yakin memilih profesi sebagai dokter. Meskipun pekerjaan itu membuat Salinas sering bertemu dengan orang-orang yang tidak sehat.

"Berbagi rasa sakit dan penderitaan dengan orang lain membuat pasien merasa tidak terlalu kesepian dan juga seorang dengan synesthesia bisa merespons dengan kasih sayang dan kebaikan. Motivasi untuk menolong orang lain secara diam-diam telah membimbingku selama ini, entah itu sebagai murid, residen, atau nerurolog seperti sekarang," jelas Salinas.

Salinas merasa kemampuan uniknya itu bisa lebih membantunya dalam mendiagnosis pasien. Saat dia bertemu wanita dengan celebral palsy yang tunawicara yang merasa sangat gelisah dan menolak staf medis, Salinas merasa napasnya jadi cepat. Dia pun mengalami sensasi tercekik dan ada yang salah dengan paru-parunya. Salinas lantas meminta pasien tersebut menjalani beberapa pemeriksaan. Hasilnya, sang pasien wanita mengalami penyumbatan darah di paru-paru.

"Sejujurnya aku tak yakin bisa mendapatkan diagnosis ini bila bukan karena mirror-touch synesthesia, kondisi luar biasa terkait saraf yang terkadang menyulitkan yang membuatku bisa merasakan emosi serta sensasi fisik orang lain," ucapnya.

 

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya