6 Tanda Anda Perlu Konsultasi Kesuburan dengan Dokter

Kesuburan biasanya baru dipikirkan ketika seseorang ingin memiliki anak, padahal hal ini sebaiknya diperhatikan sejak dini.

oleh Nilam Suri diperbarui 15 Mei 2017, 19:32 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2017, 19:32 WIB
Masalah kesuburan
Kesuburan biasanya baru dipikirkan ketika seseorang ingin memiliki anak, padahal hal ini sebaiknya diperhatikan sejak dini.

Liputan6.com, Jakarta Masalah kesuburan biasanya baru mulai dipikirkan orang ketika mereka sudah menikah dan ingin memiliki keturunan. Padahal, gejala dan tanda tentang kondisi kesuburan seseorang sudah terlihat sejak mereka remaja.

Pakar kesuburan mengatakan, Anda tak harus sedang mencoba hamil untuk memikirkan masalah kesuburan. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kesuburan. Trik utamanya, mulailah memperhatikan hal ini sejak dini.

"Jam biologis kita itu singkat. Sekitar 10 tahun jika Anda tidak ingin langsung memiliki anak sejak kuliah atau langsung setelahnya," ujar Dr. Janelle Luk dari Neway Fertility, pusat kesuburan di Manhattan.

"Jadi, karena jam biologis itu singkat, dan Anda sama sekali tidak mengetahuinya--ketika Anda mengalami pendarahan hebat atau fibroid--Anda akan kehilangan enam bulan sampai satu tahun untuk menanganinya. Dan setelah itu semuanya sudah terlambat," lanjutnya.

Melansir Huffington Post, Senin (15/5/2017), berikut enam tanda yang mengisyaratkan Anda perlu segera konsultasi kesuburan dengan dokter. Bahkan, walaupun Anda belum berencana untuk memiliki anak dalam waktu dekat:

1. Ada sejarah kemandulan di keluarga

Masalah kesuburan
Sebaiknya waspada jika ada sejaran masalah kesuburan di keluarga.

Banyak orang tidak menyadari, jika orangtua mereka memiliki kesulitan mendapatkan keturunan, mereka bisa mengalami hal yang sama. Beberapa kondisi turunan yang dihubungkan dengan kemandulan adalah: menopause dini, endometriosis, dan jumlah sperma rendah.

Faktor kemandulan pria, contohnya, bisa diturunkan dari kakek ke ayah ke anak, ujar Luk. Dan wanita yang ibunya mengalami menopause dini bisa memiliki risiko yang sama.

2. Mengalami nyeri pelvis kronis

Menstruasi yang menyakitkan bisa jadi simtom endometriosis, gangguan kronis yang seringnya bersifat turunan. Endometriosis terjadi ketika dinding rahim--endometrium--tumbuh di luar. Hal ini menyebabkan luka di tuba falopi dan membuat sperma mengalami kesulitan mencapai indung telur.

"Endometriosis bisa beracun untuk sel telur. Hal ini bisa menyebabkan sel telur seorang wanita yang sehat jadi bersifat seperti sel telur wanita yang jauh lebih tua," ujar Dr. Aimee Eyvazzadeh, spesialis kesuburan dari Kalifornia yang terkenal dengan nama "Pembisik Telur."

Tujuh juta wanita di AS memiliki endometriosis, dan hal ini adalah penyebab terbesar kemandulan. Salah satu cara penanganannya, menurut Mayo Clinic, adalah terapi hormon, mengubah pola diet, dan operasi. In vitro fertilization (program bayi tabung) juga bisa dilakukan sebagai alternatif lain operasi.

 

3. Didiagnosis PCOS

Masalah kesuburan
Haid yang terlalu sakit bisa jadi gejala PCOS yang bisa pengaruhi kesuburan.

 

Nyeri pelvis kronis juga bisa simtom dari polycystic ovarian syndrome (sindrom polisistik ovarium, PCOS), gangguan hormonal yang juga menjadi salah satu penyebab utama kemandulan. PCOS sering dimulai setelah pubertas, namun bisa terjadi pada tahap remaja kahir atau dewasa muda.

Penyebab pasti dari PCOS belum diketahui, namun hal ini mempengaruhi 10 juta wanita di seluruh dunia, menurut data PCOS Awareness Association.

4. Didiagnosis PMS

Penyakit menular seksual (PMS) seperti klamidia dan gonore bisa mempengaruhi kesuburan. Diperkirakan ada 2,86 juta kasus klamidia dan 820.000 kasus gonore yang terjadi setiap tahunnya di AS, menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Sekitar 10 sampai 15 persen wanita dengan klamidia yang tidak ditangani akan mengalami penyakit inflamasi pelvis. Hal ini akan menyebabkan kerusakan permanen pada tuba falopi, rahim, dan jaringan di sekitarnya, yang bisa berujung pada kemandulan.

5. Mengalami obesitas

Berat badan
Berat badan juga bisa mempengaruhi kesuburan seseorang. (iStock)

Obesitas bisa menjadi faktor ketidaksuburan pada pria dan wanita. Wanita obesitas lebih berisiko mengalami penurunan kesuburan dan gagal menjalani program bayi tabung dibanding wanita dengan berat badan normal.

Mereka juga memiliki angka keguguran yang lebih tinggi, bayi lahir meninggal dan pre-eklamsia saat hamil.

Pada pria, ada hubungan antara obesitas dan ketidaksuburan karena keabnormalan endokrin. Obesitas pada pria juga bisa mempengaruhi kemungkinan kehamilan pasangannya, keguguran, dan kemungkinan bayi lahir meninggal.

6. Berat badan kurang

Tak hanya wanita obesitas, mereka yang berat badannya rendah juga bisa memiliki masalah kesuburan. Wanita-wanita dengan berat badan kurang juga memiliki angka keguguran yang lebih tinggi dan akan menghadapi lebih banyak masalah kehamilan.

Studi menemukan, berat indeks massa tubuh yang rendah bisa mempengaruhi kesuburan karena hal ini akan menginterupsi ovulasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya