Memaafkan di Hari Lebaran, Bikin Fisik Sehat dan Jiwa Tenang

Banyak penelitian yang menunjukkan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Manfaatnya untuk fisik dan mental Anda juga.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Jun 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2017, 12:00 WIB
5 Momen Seru Jelang Lebaran Paling Dinanti
Ilustrasi kumpul bersama keluarga.

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang tak luput dari kesalahan, termasuk bersalah kepada Anda. Nah, sudahkan memaafkan mereka di hari Lebaran kali ini?

Banyak penelitian yang menunjukkan manfaat memaafkan kesalahan orang lain. Memberikan pintu maaf lebar berdampak pada kesehatan Anda. Melansir Huffington Post, Minggu (25/6/2017) berikut manfaat memaafkan:

1. Hidup lebih lama

Memberikan maaf tanpa syarat, terbukti dalam studi membuat orang itu hidup lebih lama. Sementara jika memberikan maaf dengan bersyarat akan meninggal lebih cepat seperti diungkap dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Behavioral Medicine.

2. Lepaskan amarah, turunkan stres
Saat seseorang benar-benar marah, berdampak pada tekanan darah dan detak jantung seperti terungkap dalam studi dari John Hopkins Medicine. Namun, ketika benar-benar mampu memaafkan itu bisa menurunkan stres.

"Ini melepaskan beban fisik yang sangat besar," kata Direktur Mood Disorder Adult Consultation John Hopkins Hospital, Amerika Serikat, Karen Swartz.

3. Tidur jadi lebih berkualitas

Saat masih memiliki dendam atau amarah terhadap seseorang, hal itu kerap membayangi kehidupan. Berbeda dengan orang yang memaafkan kesalahan orang lain cenderung memiliki tidur berkualitas dan tidak mudah lelah seperti diungkapkan dalam Journal of Behavioral Medicine 2005.

4. Jantung sehat

Memaafkan membuat tekanan darah turun. Terbukti dalam studi 2011, ketika pasangan suami istri memaafkan kesalahan pasangan, keduanya mengalami penurunan tekanan darah.

"Studi ini menjadi bukti pertama tentang manfaat memaafkan secara fisiologis," kata penulis dalam jurnal itu.

5. Sistem imun tubuh meningkat

Memaafkan dengan tulus membuat imunitas tubuh meningkat. Hal ini terbukti dalam presentasi yang dipaparkan dalam pertemuan Society of Behavioral Medicine 2011.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya