Sejak Januari, Ribuan Warga Kupang Derita Diare

Dinas Kesehatan Kota Kupang mencatat akumulasi penderita diare di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencapai 3.363 penderita

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Agu 2017, 12:09 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2017, 12:09 WIB
Jangan Makan Serat saat Diare, Mitos atau Fakta?
Jangan Makan Serat saat Diare, Mitos atau Fakta?

 

Liputan6.com, Kupang Dinas Kesehatan Kota Kupang mencatat akumulasi penderita diare di wilayah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencapai 3.363 penderita.

"Jumlah itu dihitung sejak Januari 2017 hingga Juli tahun ini dengan dinamika jumlahnya terjadi setiap bulan," kata Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kupang Sri Wahyuningsih, di Kupang, Rabu.

Dia mengatakan akumulasi penderita diare itu tercatat dari seluruh layanan kesehatan mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas hingga rumah sakit di Kota Kupang.

Sejak awal memasuki 2017 pada bulan Januari, warga terserang diare mencapai 929 kasus, dan sempat turun jumlahnya pada Februari sebanyak 701 kasus.

Selanjutnya, bulan Maret berjumlah 409 kasus, April 298 kasus, Mei sebanyak 383 kasus, Juni 265 kasus, dan Juli 378 kasus. "Sejak Januari hingga Juli tercatat 3.363 kasus diare," katanya pula.

Peningkatan angka penderita diare di Kota Kupang disebabkan karena cuaca dan virus yang menyebar. Karena itu, menurutnya, masyarakat mesti menjaga kesehatan dan rajin memeriksakan kondisi kesehatan di layanan kesehatan terdekat.

Dia menjelaskan bahwa perubahan cuaca yakni adanya angin kencang membawa dampak yang tidak baik bagi tubuh. Angin disertai debu menjadi penyebab utama kuman dapat menyebar dengan mudah.

Jaga Pola Makan

Karena itu, masyarakat harus meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara menjaga pola makan, gaya hidup, dan beristirahat yang cukup serta rajin berolahraga.

Daya tahan tubuh harus terus dijaga dengan makan makanan yang bersih, sehat dan bergizi, minum air secukupnya, berolahraga dan istirahat yang cukup. "Jika semua ini dilakukan atau diterapkan maka dengan sendirinya masyarakat akan terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit," kata Sri lagi.

Perubahan pola hidup atau gaya hidup masyarakat lebih senang makan di restoran, rumah makan dan sejumlah pusat kuliner lainnya menjadi salah satu faktor pemicunya, kata dia lagi.

Penyebabnya karena makanan yang tersaji di rumah makan sering tidak terjamin higienisnya. "Bukan berarti melarang, tetapi masyarakat harus bijak dalam memilih makanan, bukan sekadar enak, tetapi lihat kandungan gizi dan kebersihan makanan tersebut," katanya.

Dia berharap, masyarakat juga memanfaatkan sarana kesehatan terdekat yaitu puskesmas atau puskesmas pembantu untuk memeriksa kesehatan. Tidak boleh menunggu sakit baru memeriksakan kesehatan.

"Cintailah kesehatan anda, karena kesehatan merupakan faktor utama dalam kehidupan," kata Sri Wahyuningsih.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya