Liputan6.com, Jakarta Rabies adalah penyakit yang disebabkan virus Lyssavirus, yang menyerang otak manusia dan hewan. Virus ini mengikuti saraf perifer--sistem saraf yang di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke sistem saraf pusat.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit ini menyebar dari hewan yang terinfeksi ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi virus (anjing, rubah, rakun, kelelawar). Manusia yang terinfeksi rabies tidak langsung merasakan gejala setelah digigit hewan tersebut.
Pada manusia yang terinfeksi, dibutuhkan empat sampai 12 minggu untuk menunjukkan gejala adanya terinfeksi rabies. Gejala awal meliputi kelemahan otot, demam, dan sensasi kesemutan.
Anda mungkin mengalami sensasi terbakar di area tubuh yang digigit. Virus bergerak ke otak dan menimbulkan dua gejala. Pertama, rabies paralitik.
Manusia yang terinfeksi menjadi lumpuh dan koma. Akhirnya, orang tersebut meninggal dunia. Kedua, rabies yang terbakar (furious rabies), orang yang terinfeksi menjadi bersemangat dan hiperaktif.
Gejala rabies lainnya berupa gelisah, halusinasi, insomnia, kelebihan air liur, takut air, dan kesulitan menelan, dilansir dari India, Jumat (29/9/2017).
Simak video menarik berikut ini:
Diagnosis yang sulit
Sulit mendiagnosis rabies pada fase awal karena gejalanya sulit dibedakan dan biasanya tampak seperti flu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, tes antibodi neon untuk mendiagnosis rabies.
Penyakit rabies secara jelas dapat diketahui melalui analisis otak setelah orang tersebut meninggal.
Kasus rabies pada manusia biasanya disebabkan anjing yang terinfeksi. Namun, kelelawar juga menjadi penyebab paling umum rabies pada manusia di Amerika Serikat.
Advertisement