Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres telah menunjuk direktur baru sebagai bentuk restrukturisasi manajemen. Ini dilakukan sebagai salah satu upaya menindaklanjuti sanksi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta terkait kasus meninggalnya bayi Debora pada beberapa waktu lalu.
"Kami menunjuk dr Jocelyn Adrianto sebagai direktur RS yang baru, menggantikan dr Fransisca Dewi," ucap dr Nurvantina Pandina saat ditemui, Selasa (24/10/2017) di kawasan Jakarta Pusat.
Penunjukan dr Jocelyn sebagai direktur yang baru didasari alasan pengalaman yang dimiliki serta latar belakang pendidikan.
"Dr Jocelyn memiliki latar belakang pendidikan administrasi rumah sakit dan berpengalaman sebagai direktur di rumah sakit swasta yang terakreditasi dan telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan," kata dr Nia.
Sebelumnya, dr Jocelyn bekerja di RS Awal Bros, Tangerang. Sebagai direktur yang baru di RS Mitra Keluarga Kalideres, dr Jocelyn mengaku ia akan melakukan beberapa perbaikan terkait pelayanan rumah sakit.
"Sebagai langkah awal pembenahan, kami akan mengacu pada rekomendasi dan saran dari Dinas Kesehatan dan kami sudah sosialisasikan. Kami juga akan segera menyelesaikan proses akreditasi," ucap dr Jocelyn saat ditemui di acara tersebut.
Pembenahan oleh direktur baru
Menurut dr Jocelyn, dia akan menargetkan untuk menyelesaikan akreditasi sesuai waktu yang ditentukan, yaitu enam bulan sejak surat keputusan kepala dinkes dikeluarkan, yaitu pada 25 September 2017.
"Kami berkomitmen, nanti awal Desember, akan melaksanakan survei dari komite akreditasi rumah sakit," ucap dr Jocelyn.
Selain itu, dia juga berupaya untuk meningkatkan kualitas para pegawai rumah sakit.
"Kami juga melakukan upaya kompetensi medis dan nonmedis melalui pelatihan dan kerja sama dengan instansi terkait," jelasnya.
Tak hanya itu, RS Mitra Keluarga juga berupaya meningkatkan corporate social responsibility (CSR).
"RS Mitra Keluarga Kalideres tadi melakukan bakti sosial untuk masyarakat sekitar yang memang membutuhkan dan nanti juga akan ada khitanan massal pada 28 Oktober ini," ucap dia.
Dia menjelaskan, CSR dilakukan bukan karena kasus ini. Mereka sudah sering melakukan CSR sejak lama.
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓