Peneliti Yogyakarta Kembangkan Singkong untuk Terapi Diabetes

Pemenang Nutrifood Research Center (NRC) Grant 2016 turut hadir dalam pemberian penghargaan kepada pemenang tahun ini.

oleh Umi Septia diperbarui 30 Nov 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2017, 18:00 WIB
Singkong Belum Terbukti Bisa Sembuhkan Kanker
Foto: bladi.info

Liputan6.com, Jakarta Tiga peneliti asal Universitas Respati Yogyakarta berhasil mengungkap khasiat olahan singkong untuk diabetesi. Mereka adalah Desty Ervira Puspaningtyas, Rio Jatikusuma dan Puspita Mardika Sari.

Mereka melakukan penelitian dengan judul Potensi Tepung Gatotan terhadap Perbaikan Profil Metabolik: Kajian Ekspresi Gen PI3K AKT.

Menurut Desty, alasan pemilihan singkong sebagai bahan penelitian adalah potensi singkong yang melimpah di tanah air. Selain itu, salah satu hasil olahan singkong yaitu gatotan, diketahui dapat meningkatkan senyawa probiotik yang dapat membantu para diabetesi mengontrol kadar gula dalam darah.

"Latar belakang kami dari ahli gizi, kami concern gimana treatment ke pasien diabetes agar tidak selalu menggunakan obat. Kami ingin cari tahu apakah pangan tradisional bisa digunakan untuk terapi," kata Desty yang merupakan pemenang Nutrifood Research Center (NRC) Grant 2016 ini pada wartawan.

Menurut Desty, dia dan dua rekannya yang berasal dari kalangan dosen dan peneliti melakukan penelitian ini pada tikus yang sudah diintervensi diabetes. Tikus-tikus tersebut diberikan terapi yang berbeda-beda, yaitu singkong, gatotan dan obat diabetes.

Hasilnya, ketiga bahan tersebut, yaitu singkong, gatotan dan obat diabetes yaitu metformin mampu menurunkan kadar gula darah pada tikus percobaan tersebut. Selain itu, gatotan juga terbukti bisa menurunkan kadar kolesterol dan lemak jahat dalam waktu 30 hari. Sementara itu, kadar lemak baik juga meningkat setelah 30 hari.

 

 

Simak video berikut ini:

Belum di ujicoba pada manusia

Meski percobaan itu berhasil pada tikus, namun menurut Desty, hal ini belum tentu berlaku sama dengan tubuh manusia. Untuk itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

"Sebenarnya kami sudah coba uji ke manusia, tapi baru kepada dua orang. Kita coba, yang satu memiliki status gizi normal, sementara yang satu obesitas. Orang yang obesitas tersebut konsumsi 250 gram gatotan setiap hari selama seminggu," kata dia.

Desty menjelaskan, ditemukan hasil pada orang yang obesitas tersebut mengalami penurunan pada bakteri jahat atau bakteri patogen dalam tubuh. Sebaliknya, bakteri baik di dalam tubuh mengalami peningkatan.

"Meski begitu, ini belum bisa disamaratakan karena studi kasusnya baru kepada dua orang. Nantinya akan diteliti lebih lanjut dan dikembangkan," tutup dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya