Usai Vaksin DBD, 997 Anak di Filipina Jatuh Sakit

Sekitar sembilan ratus anak terserang penyakit pasca vaksinasi DBD di Filipina.

oleh Umi Septia diperbarui 08 Des 2017, 19:10 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 19:10 WIB
Lolos Uji Coba, Vaksin DBD Masuki Tahap Efektifitas
Satu lagi vaksin yang akan tersedia di Indonesia pada 2015, vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD).

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 997 anak di sekolah umum jatuh sakit dalam kurun waktu lima bulan setelah menerima vaksin demam berdarah dengue (DBD). Vaksin bernama Dengvaxia itu diberikan kepada anak-anak di Filipina.

Menurut draf dewan perwakilan rakyat bidang kesehatan yang melakukan dengar pendapat tentang keefektifan vaksin DBD tersebut, Departemen Kesehatan (DOH) Filipina melaporkan bahwa ada 997 kejadian buruk setelah imunisasi antara 18 Maret hingga 20 Agustus 2016. Sekitar 30 di antara 997 kejadian itu dianggap sebagai kasus serius yang memerlukan rawat inap, seperti dilansir dari laman Phil Star, Jumat (8/12/2017).

Dari 30 kasus serius yang menimpa anak-anak tersebut, dua diantaranya meninggal dunia. Namun, DOH mengatakan, hal itu tidak terkait dengan program imunisasi yang digelar pada awal 2016.

Selain itu, ada perbedaan data kematian yang diterima DOH dan dewan perwakilan rakyat Filipina bidang kesehatan. Jika DOH mengatakan hanya ada dua kematian, berdasarkan informasi yang didapatkan dewan perwakilan bidang kesehatan, setidaknya ada empat anak yang telah meninggal dunia dari kasus serius yang menimpa anak-anak tersebut.

Anggota DPRD Quezon, Angelina Tan, yang membawahi bidang kesehatan serta berprofesi sebagai dokter mengatakan, "Ini artinya 997 anak itu jadi sakit setelah diinokulasi dengan Dengvaxia dosis pertama," kata dia.

Sejak menerima vaksin tersebut, menurut Tan, sakit yang diderita anak-anak itu beragam, mulai dari demam biasa, mual, muntah, serta mengalami nyeri tubuh, hingga kondisi sakit serius yang memerlukan perawatan rumah sakit. DOH tak memiliki penjelasan detail lainnya, menandai kurangnya pengawasan layak dan laporan protokol sebelum program tersebut dilakukan.

Dia mengatakan bahwa panel DPR tidak tahu apa yang terjadi pada anak-anak, karena DOH belum menyampaikan pembaruan.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

Kasus meninggal

Dari empat anak yang meninggal, dua berasal dari Bataan dan dua dari Bulacan. Central Luzon, Metro Manila dan Calabarzon adalah tiga wilayah di mana program inokulasi Dengvaxia besar-besaran yang menargetkan satu juta anak di sekolah dasar negeri mendapatkan vaksinasi.

Mereka yang meninggal di Bataan adalah Christine de Guzman dan Paul Ramirez. Keduanya berusia 10 tahun. Sementara korban dari Bulacan tidak diidentifikasi.

Menurut draf laporan dewan perwakilan rakyat bidang kesehatan itu, ayah De Guzman, Nelson, memberi kesaksian bahwa anaknya mendapatkan dosis Dengvaxia pertamanya pada 16 April 2016.

"Pada 11 Oktober 2016, De Guzman mengeluhkan sakit kepala dan demam, itu membuat dia tidak masuk sekolah. Keesokan harinya, demamnya terus berlanjut. Dia dirawat di rumah sakit dan didiagnosis menderita demam berdarah, "menurut laporan tersebut.

Selanjutnya, kondisi De Guzman semakin memburuk, dia mengalami kesulitan bernapas dan sakit perut.

"Pada 14 Oktober, dia mengalami kesulitan bernapas dan sakit perut. Kemudian diketahui bahwa dia mengalami pendarahan internal dan darah sudah keluar dari mulutnya. Di pagi hari tanggal 15 Oktober, dia meninggal dunia," lanjutnya. Tan mengatakan De Guzman tidak menderita demam berdarah sebelum divaksinasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya