Liputan6.com, Amerika Serikat Anggapan nyeri sendi lebih banyak terjadi saat cuaca hujan dibantah para peneliti Harvard University, Inggris. Anggapan ini muncul 2.500 tahun lalu saat orang Yunani pertama kali menyadari, adanya hubungan antara rasa nyeri sendi dan cuaca.
Baca Juga
Advertisement
Namun, para ilmuwan akhirnya menunjukkan, tidak ada hubungannya antara rasa nyeri dan cuaca. Studi terbaru mempelajari 11 juta kunjungan ke dokter umum yang dilakukan oleh lebih dari 1,5 juta pensiunan Amerika Serikat antara tahun 2008 dan 2012.
Hasil temuan, tidak ditemukan keterkaitan nyeri sendi dipengaruhi cuaca, menurut Profesor Anupam Jena dari Department of Health Care Policy Harvard Medical School.
"Kami tidak melihat adanya hubungan antara cuaca hujan dan laporan nyeri sendi atau sakit punggung pada pasien," jelas Profesor Anupam, dikutip dari Telegraph, Kamis (14/12/2017).
Penelitian soal nyeri sendi dan cuaca hujan ini dipublikasikan dalam edisi Natal BMJ (British Medical Journal).
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Cuaca dan kesehatan
Anggapan sendi yang sakit dipengaruhi cuaca sudah ada sejak zaman purba. Keyakinan telah bertahan selama berabad-abad dan sampai sekarang. Hal ini dipengaruhi cerita rakyat.
Studi dari University of Manchester tahun lalu menemukan, seiring bertambahnya jumlah hari cerah dari bulan Februari sampai Juni, orang-orang dengan kondisi nyeri sendi kronis merasa lebih baik.
Namun, bila masuk cuaca hujan di bulan Juni dan lebih sedikit waktu matahari bersinar, rasa nyeri bisa bertambah sakit.
Para ilmuwan berspekulasi, perubahan tekanan udara dapat menyebabkan cairan di persendian bergeser, yang menyebabkan rasa nyeri, terutama orang yang menderita radang sendi.
Advertisement