Liputan6.com, Jakarta Nyeri vagina setelah berhubungan seks bukanlah hal yang langka, terutama bagi para wanita yang lebih muda atau pasangan baru, ujar Dominica Moore, MD, seorang OB-GYN dan Presiden Sapphire Women’s Health Group di New Jersey.
Jika sakit tersebut bertahan lebih dari 24 jam, ada baiknya untuk menemui dokter Anda untuk memeriksa apakah terjadi infeksi.
Baca Juga
Namun jika ketidaknyamanan tersebut hilang sebelum itu, dan tidak dibarengi dengan pendarahan atau hal tidak umum lainnya, Anda bisa menyingkirkan kekhawatiran Anda.
Advertisement
Dan berikut beberapa hal yang bisa menjadi alasan timbulnya sakit yang Anda rasakan pada vagina setelah berhubungan seks, serta langkah-langkah yang bisa Anda lakukan agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Melansir Health, Kamis (4/1/2018)
1. Anda tidak cukup terangsang sebelumnya
Lecet yang terjadi biasanya disebabkan oleh kurangnya pelumas ketika melakukan penetrasi dan hal ini seringkali menjadi penyeab utama sakit yang terjadi setelah berhubungan seks, ujar Dr. Moore.
“Terkadang kita terbawa suasana yang panas pada saat itu dan kita tidak selalu menyadari seberapa besar gesekan yang terjadi,” ujarnya.
Bahkan jika sedang bersemangat untuk melakukannya dan sangat tidak sabar, tubuh mungkin membutuhkan sedikit waktu untuk mengimbangi gairah. Dan ini merupakan hal yang wajar terjadi.
Jadi, sebelum melakukan masuk ke sesi utama, pastikan untuk melakukan foreplay lebih lama, yang cukup untuk membuat vagina mengembang dan terlumasi dengan baik.
2. Seks terlalu kasar
Salah satu kesenangan dari berhubungan seks adalah bereksperiman dengan berbagai posisi yang berbeda. Namun dalam keseruan dan gairah yang besar untuk mencoba beberapa posisi yang membutuhkan fleksibilitas tinggi, sangatlah mungkin Anda berakhir pada posisi yang memeberika tekanan ekstra pada vagina atau vulva. Yang setelahnya bisa memberikan rasa sakit, ujar Dr. Moore.
Tubuh setiap wanita tidak ada yang sama. Dr. Moore menyarankan untuk menghindari melakukan penetrasi dari belakang, yang mana bisa menimbulkan tekanan ekstra dan gesekan yang dimaksud pada saat memasuki vagina.
Dan selalu beritahu pasangan apakah dia terlalu cepat ataupun melakukan penetrasi pada posisi yang yang memang tidak nyaman bagi tubuh Anda.
Advertisement
3. Reaksi alergi
Ini bukanlah mitos seks. Anda bisa saja alergi terhadap cairan sperma pasangan. Kondisi ini secara medis dikenal dengan “human seminal plasma protein hypersensitivity”, walaupun kondisi ini langka, namun tetap ada, ujar Mary Jane Minkin, MD, seorang professor klinis OB-GYN di Yale School of Medicine.
“Tidak ada tes yang bisa dilakukan untuk menguji alergi terhadap sperma, jadi saya umumnya memberikan saran kepada pasien untuk bereksperiman dengan kondom untuk melihat apakah gejala yang ada akan menghilang,” ujarnya.
Beberapa wanita mengalami reaksi alergi terhadap produk yang berhubungan dengan seks, seperti kondom lateks, pelumas berbau atau yang mengandung rasa. J
ika Anda mencurigai memiliki alergi terhadap beberapa hal tersebut, Dr. Minkin menyarankan untuk secepatnya membersihkan vgina Anda untuk menghilangkan zat pemicu alergi dan melihat apakah hal tersebut bisa membantu. Lalu hentikanlah penggunaan produk yang yang menurut Anda menjadi pemicu gejala alergi tersebut.
4. Anda memiliki kista/bisul/pembengkakan
Pada kasus yang ekstrim, perih yang terjadi setelah berhubungan seks bisa disebabkan oleh kista Bartholin-kista jinak, yang berisi cairan yang memblokir salah satu dari dua kelenjar Bartholin yang berada pada salah satu sisi vagina.
Kelenjar kembar ini mengeluarkan cairan untuk membantu melumasi vagina sebelum penentrasi.
Jika kista Bartholin ini yang menjadi penyebab, Anda hanya akan merasakan panas pada salah satu sisi, dan kemungkinan Anda akan menemukan benjolan kecil pada bagian depan vagina Anda.
”Jika kelenjar Bartholin terhalang, bisa terjadi pembengkakan,” ujar Dr. Moore. “Namun peluangnya sangat kecil untuk terjadi pada kedua sisi vagina.”
Jika Anda mencurigai memiliki kista ini, Dr. Minkin menyarankan untuk berendam air hangat, yang akan membantu menguras cairan pada kista tersebut. Jika hal tersebut tidak berhasil, periksakan diri Anda ke dokter OB-GYN, yang bisa melakukan tindakan lebih lanjut terhadap kista Anda.
Advertisement