Tentang Air Ketuban yang Tak Banyak Ibu Tahu

Seberapa banyak ibu yang tahu mengenai air ketuban? Banyak hal mengenai penompang bayi di rahim yang tidak banyak ibu tahu.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2018, 19:30 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2018, 19:30 WIB
Ilustrasi Ibu Hamil Minum Kopi (iStockphoto)
Ilustrasi Ibu Hamil Minum dan Pecah Air Ketuban (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Air ketuban dapat keluar sendiri apabila terjadi robekan di kantong yang berada di rahim. Aliran air ketuban yang menjadi penopang bagi janin melalui serviks serta vagina.

Pecahnya kantong air ketuban akan disertai keluarnya hormon dan zat kimia yang memacu kontraksi. Biasanya rasa nyeri kontraksi akan muncul setelahnya dan semakin lama semakin hebat.

Dalam kondisi tersebut, ibu harus segera mendapat pertolongan baik dari dokter atau bidan. Sering kali ibu tak menyadari kondisi air ketuban yang sudah mengalir. Pada kehamilan pertama, keluarnya air ketuban sering kali dikira urine.

 

Perbedaan Air Ketuban dan Urine

Sebenarnya air ketuban dan urine sangat berbeda. Air ketuban cenderung berwarna buram dan bukan kuning seperti urine. Air tersebut juga tak memiliki aroma menyengat. Jika ibu mengalami pecah ketuban, sementara masih berada di rumah atau di lokasi yang jauh dari klinik atau rumah sakit, cobalah tetap tenang.

Tahan pelvis seperti senam kegel atau seperti ketika menahan buang air kecil. Jika air tetap mengalir, dipastikan itu adalah air ketuban. Namun, jika aliran terhenti, air tersebut merupakan urine.

Segera cari pertolongan untuk segera ke rumah sakit. Agar lebih terasa nyaman, kenakan pembalut selama perjalanan. Cara ini juga bisa membantu dokter menganalisis kondisi janin dalam rahim.

Jangan menunda, pecah ketuban harus segera mendapat tindakan medis yang cepat. Hal ini demi menyelamatkan nyawa ibu dan janin.

Reporter: Mutia/Dream.co.id

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya