Liputan6.com, Cambridge, Inggris Kabar Stephen Hawking meninggal dunia pada 14 Maret 2018 mengejutkan publik di seluruh dunia. Ia meninggal dengan damai di rumahnya di Cambridge, Inggris pada Rabu dini hari. Semula, fisikawan dunia asal Inggris yang mengidap penyakit saraf ini divonis hanya dapat bertahan hidup selama dua tahun oleh dokter.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit saraf ALS (amyotrophic lateral sclerosis) atau biasa dikenal dengan Lou Gehrig's Disease diidapnya sejak berusia 21 tahun. Satu hal yang membuat Stephen Hawking bertahan hidup semata-mata dipengaruhi faktor genetika.
Melansir Live Science, Rabu (14/3/2018), peneliti mengidentifikasi lebih dari 20 gen pengidap ALS. Hal tersebut diungkap oleh Dr Anthony Geraci, direktur Neuromuscular Center di Northwell Health's Neuroscience Institute di Manhasset, New York, Amerika Serikat.
"Beberapa perbedaan genetik ini tampaknya memengaruhi berbagai aspek penyakit, termasuk kelangsungan hidup. Misalnya, gen yang disebut SOD1 ini terkait dengan jenis ALS, yang turun-temurun. Gen tersebut membuat penyakit ALS berkembang lebih cepat," jelas Geraci.
Diagnosis dengan ALS di usia yang lebih muda ternyata memengaruhi kelangsungan hidup pengidap. Mereka mampu bertahan lebih lama. Inilah yang terjadi pada Hawking. Ia didiagnosis ALS di usia yang termasuk relatif muda.
Berdasarkan data National Institute of Neurological Disorders and Stroke, penyakit saraf yang diderita Stephen Hawking ini paling sering didiagnosis pada orang berusia 55-75 tahun.
Simak video menarik berikut ini:
Obat untuk pengidap ALS
Dalam penanganan ALS, Food and Drug Administration telah menyetujui dua obat, yakni Riluzole (rilutek) dan edaravone (radicava). Kedua obat ini dapat membuat pengidap ALS bertahan hidup sekitar 6 bulan.
Yang menakjubkan, obat-obatan tersebut ternyata mampu membuat Hawking bertahan hidup lebih dari 50 tahun.
Gejala awal ALS berupa kelemahan otot atau ucapan yang tidak jelas, menurut Mayo Clinic. Penyakit ini menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk bergerak, berbicara, makan atau bernapas sendiri.
Pengidap ALS biasanya meninggal karena tidak bisa bernapas. Ini karena sel saraf yang mengendalikan otot pernapasan berhenti bekerja.
Advertisement