Liputan6.com, Jakarta Takdir Tuhan tidak ada yang bisa melawan. Sekeras apapun manusia berusaha, hanya Tuhan yang Maha menentukan. Salah satunya soal pernikahan. Meski dua insan telah menyelenggarakan acara lamaran dan sebar undangan, gagal nikah mungkin saja terjadi.
Tak usah jauh-jauh, lihat contoh sederet selebritas yang gagal nikah. Kisah Ayu Dewi-Zumi Zola yang pertunangan mereka dibatalkan hanya lewat SMS. Donna Agnesia-Okan Cornelius yang gagal nikah meski keduanya telah mengadakan lamaran dan memesan gaun pengantin. Laudya Cynthia Bella-Afif Kalla yang menghapus semua foto Afif di Instagram usai keduanya lamaran. Nuri Maulida-Muhammad Adam Yahya yang gagal nikah meski keduanya telah memesan gedung. Demikian halnya Zaskia Gotix-Vicky Prasetyo.
Baca Juga
Ternyata, persiapan pernikahan itu bukan hanya soal materi dan tetek bengeknya saja. Ada hal hakiki yang kerap diabaikan calon mempelai, yakni persiapan mental. Selama janur kuning belum melengkung, sejumlah masalah pasti akan menghampiri.
Advertisement
Dua hati telah bersatu dan orangtua telah memberi restu. Cincin nikah, gedung, dan katering telah dipesan. Undangan pun telah disebar. Mengapa salah satu pihak bisa tiba-tiba ragu dan memilih untuk membatalkan pernikahan?
Menurut psikolog klinis, Pingkan C. B. RUmondor, M.Psi, terdapat beberapa alasan salah satu pihak jadi ragu menjelang pernikahan.
"Mempersiapkan pernikahan merupakan masa-masa penuh tekanan (stressfull). Salah satu reaksi dari seseorang yang tertekan ialah menjadi lebih agresif dalam berkomunikasi. Hal ini dapat menimbulkan konflik antara calon suami dan calon istri, ataupun dengan pihak keluarga," ungkap Pingkan saat dihubungi Health-Liputan6.com, Senin (26/3/2018).
Saat konflik ini muncul, Pingkan melanjutkan, salah satu pihak bisa sakit hati, tersinggung, hingga akhirnya ragu melihat pasangan yang kurang mampu mengendalikan diri.
Â
Simak juga video menarik berikut:
Â
Â
Â
Gagal nikah sering terjadi karena salah pengertian
Psikolog jebolan Universitas Indonesia ini mengatakan, gagal nikah bisa terjadi hanya karena perkara selepe, yaitu tersinggung dengan perkataan calon mertua.
"Di Indonesia, pernikahan diharapkan bisa berlangsung seumur hidup (sesuai UU Perkawinan No 1 Tahun 1974), sehingga menjadi wajar jika seseorang akan mempertimbangkan dengan saksama sebelum membuat janji pernikahan. Pada tahap persiapan pernikahan, maka calon pengantin biasanya banyak berinteraksi dengan keluarga calon pasangannya," jelas Dosen Psikologi Universitas Bina Nusantara ini.
Di saat inilah, tambah Pingkan, ia bisa menemukan jika ada nilai pribadi yang tidak sesuai dengan nilai keluarga besar pasangan.
"Misalnya, seorang calon pengantin yang mengetahui bahwa calon mertua tidak menginginkan anak mantunya untuk bekerja. Jika bisa bekerja adalah nilai penting bagi si calon pengantin, maka bisa saja ia ragu untuk melanjutkan pernikahan," beri tahu Pingkan.
Â
Â
Â
Advertisement
Faktor pemicu keraguan melangkah ke pernikahan
Founder Cinta Setara (Komunitas dan platform psikoedukasi tentang hubungan yang sehat dan bahagia), mengimbau jika konflik bisa dipicu karena keterlibatan keluarga besar dalam membicarakan persiapan pernikahan.Â
"Pernikahan di Indonesia biasanya melibatkan keluarga besar. Saat dua keluarga sedang dalam proses bersatu, bisa saja terjadi konflik antar keluarga besar. Misal saat membicarakan budget, memilih vendor pernikahan, atau permasalahan adat," tutur Pingkan.
Saat calon pengantin belum mampu menyelesaikan konflik secara dewasa, Pingkan mengutarakan salah satu pihak bisa menjadi ragu untuk melanjutkan pernikahan.
"Keraguan juga bisa muncul saat menjelang pernikahan. Salah satu pihak bertemu dengan lawan jenis lain yang lebih menarik dan dirasa lebih cocok untuk menjadi pendamping hidup," imbuh penulis buku Bukan Move On Biasa: Bikin Langkahmu Lebih Bermakna.