Kendala Guru di Daerah Terluar Menerapkan Penguatan Pendidikan Karakter

Menurut Staf Ahli dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arie Budhiman, masih ada kendala pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di daerah tertinggal, terdepan, terluar yang kerap disingkat 3T.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Mei 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 18:00 WIB
Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) masih banyak kendala. Hal ini disampaikan dalam diskusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta pada Kamis (3/5/2018). (Liputna6.com/Fitri Haryanti)
Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) masih banyak kendala. Hal ini disampaikan dalam diskusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta pada Kamis (3/5/2018). (Liputna6.com/Fitri Haryanti)

Liputan6.com, Jakarta Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di daerah tertinggal, terdepan dan terluar alias 3T menurut Staf Ahli Bidang Penguatan Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arie Budhiman, masih ada kendala.

"Ini kan terkait juga dengan kondisi sarana dan prasarana di daerah tersebut. Akses ke sana sulit. Guru belum sepenuhnya mampu menangkap dan menerapkan cara pengajaran PPK yang tepat," kata Arie usai acara pemaparan penguatan pendidikan karakter di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta pada Kamis (3/5/2018).

Pelaksanaan PPK, kata Arie, bukan menjadi satu mata pelajaran, melainkan penerapannya melekat dan berlaku pada seluruh mata pelajaran. Yang lebih utama, PPK terkait dengan aspek keteladanan. Guru merupaka role model untuk memberikan contoh yang baik kepada anak didik.

PPK adalah salah satu program meningkatkan kualitas pendidikan karakter bangsa. Pelaksanaan program PPK ini sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 87 Tahun 2017.

Nilai-nilai yang ditanamkan PPK diantaranya kejujuran, tanggung jawab, toleransi, disiplin, kerja keras, dan kreativitas.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

 

Disesuaikan dengan lingkungan

PPK yang diterapkan bisa berbeda-beda di tiap sekolah disesuaikan dengan kondisi lingkungan. 

"Kami menerapkan sekolah hijau di SDN 07 Sasak Sambas, Kalimantan Barat. Ini demi mengajarkan anak-anak mencintai lingkungan," Ujar Koordinator Program Pendidikan Wahana Visi Indonesia (WVI), Nurman Siagian.

Agar siswa paham mengenai nilai-nilai PPK, guru memang harus kreatif mengajar.

"Anak-anak beserta guru punya kebun di belakang sekolah. Salah satu tanamannya, kebun berisi pohon labu. Jadi, mereka sama-sama merawa tanaman," ungkap Yostina, guru SDN 07 Sasak Sambas, Kalimantan Barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya