Liputan6.com, Jakarta Sirosis hati adalah kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan hati jangka panjang (kronis). Sirosis hati termasuk salah satu kegagalan hati. Hati tidak berfungsi makimal.
Baca Juga
Advertisement
Dari laman Perspectum Diagnostic, sirosis hati terbentuk saat hati hancur. Jaringan hati yang sehat digantikan jaringan parut yang keras. Jaringan parut mencegah hati berfungsi dengan baik, yang membuat terjadinya gagal hati.
Ketua Tim Transplantasi Organ dan Jaringan RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Hanifah Oswari mengungkapkan, sirosis hati dapat dialami setelah bertahun-tahun seseorang alami kerusakan hati.
Yang mengejutkan, sirosis hati juga terjadi pada anak dan bayi baru lahir.
"Sirosis hati disebabkan anak terkena atresia bilier. Ini karena empedu, yang membantu penyerapan lemak ke dalam tubuh dan mendukung kerja hati untuk proses pengeluaran zat sisa metabolisme--tidak terbentuk," kata Hanifah Andri dalam acara konferensi pers "Transplantasi Hati" di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditulis Selasa (8/5/2018).
Simak video menarik berikut ini:
Butuh transplantasi hati
Sirosis hati yang terjadi pada bayi baru lahir langsung terjadi dan terdeteksi. Seperti dialami Regan (9 bulan), yang mengalami sirosis hati karena menderita atresia bilier.
"Anak saya, Regan itu sudah terdeteksi atresia bilier saat berusia 3 bulan. Sebagai orangtua, saya pikir, dia penyakit kuning biasa. Waktu itu, kulitnya kuning setelah lahir. Tapi kok tidak kunjung hilang penyakit kuningnya," ucap Candra.
Usai menjalani pemeriksaan lebih lanjut, Regan ternyata tidak punya empedu. Fungsi hati si kecil pun gagal berfungsi. Regan akhirnya menjalani operasi transplantasi hati saat berusia 7 bulan pada 2016.
"Anak dengan sirosis hati, yang baru lahir tetap harus jalani transplantasi hati. Donor hati bisa berasal dari orangtuanya," Hanifah melanjutkan.
Advertisement