Liputan6.com, Jakarta Janet Davies, kepala eksekutif Royal College of Nursing (RCN) Inggris mengatakan, kita harus berhenti memanggil perawat dengan sebutan 'Suster.' Ini karena istilah itu dianggap "ketinggalan jaman" dan harus dipertimbangkan kembali mencari panggilan lainnya.
Ada beberapa alasan lain harus menghindari penggunaan 'suster'. Suster identik dengan status jenis kelamin perempuan. Pandangan publik akan mengarah, pekerjaan tersebut hanya untuk wanita. Padahal, 'suster' yang bekerja di rumah sakit maupun klinik ada juga yang berjenis kelamin laki-laki.
Baca Juga
Oleh karena itu, Janet menyarankan istilah "suster" harus dihapus, lalu diganti dengan jabatan pekerjaan yang netral untuk segala jenis jender, yakni "perawat." Penggantian penyebutan ini sebagai upaya mendorong lebih banyak pria menggeluti dunia keperawatan.
Advertisement
"Penggunaan istilah gender dalam keperawatan harus dipertimbangkan kembali. Banyak sekali bahasa keperawatan umumnya sangat perempuan, misalnya 'suster'. Ini perdebatan soal bahasa," kata Janet pada kongres tahunan serikat di Belfast, dikutip dari Telegraph, Rabu (16/5/2018).
Hanya satu dari sepuluh perawat di Inggris adalah pria. Situasi ini nyaris tidak berubah dalam beberapa dekade terakhir.
Skotlandia telah berhenti menggunakan kata suster sebagai jabatan pekerjaan.
Saksikan juga video menarik berikut:
Cocok untuk pria dan wanita
Ada kebutuhan perawat pria dan wanita sehingga pekerjaan itu cocok untuk kedua jenis kelamin. Bagi para orangtua, mendorong anak laki-laki untuk berdandan sebagai perawat tidak masalah. Hal ini membuktikan, pekerjaan itu tidak dianggap sebagai pekerjaan untuk anak perempuan inginkan.
"Tentu saja, seragam keperawatan untuk pria tersedia. Ini penting mengenalkan profesi perawat kepada anak laki-laki, pekerjaan itu bukan hanya untuk anak perempuan saja," Jnet menambahkan.
Pada Kongres RCN di Belfast kemarin, 14 Mei 2018, para perawat memperdebatkan, apakah pria yang direkrut khusus dapat membantu mengisi kekosongan staf perawat di NHS, yang mana ada sekitar 38.000 jabatan yang masih kosong.
Namun, hasil kongres menolak rencana untuk menargetkan pria mengisi jabatan staf perawat yang kosong. Hasil akhirnya, setiap perekrutan harus terbuka untuk kedua jenis kelamin.
Advertisement