Kenali Virus Nipah yang Membunuh 9 Orang di India

Tiga orang meninggal akibat virus akibat kelelawar buah ini, sementara enam orang diduga telah menjadi korban lainnya.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Mei 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2018, 11:00 WIB
Taj Mahal Berubah Warna
Seorang pria berdiri di seberang Taj Mahal dari tepi sungai Yamuna di Agra, Jumat (4/5). India tengah dirundung kekhawatiran akan perubahan warna pada salah satu situs bersejarah dunia, Taj Mahal karena terpapar polusi. (AFP/CHANDAN KHANNA)

Liputan6.com, Jakarta Tiga orang di India dilaporkan meninggal dunia karena sebuah virus langka yang dikenal dengan nama nipah. Dilaporkan BBC, kematian ini terjadi di Kerala, wilayah India Selatan.

Melansir Live Science pada Selasa (22/5/2018), infeksi virus nipah adalah penyakit yang pertama diidentifikasi pada 1999. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), wabah itu terjadi di antara peternak babi di Malaysia dan Singapura.

Virus ini diduga menginfeksi kelelawar buah dari genus Pteropus. Namun, nipah dapat menginfeksi babi serta hewan peliharaan lainnya, hingga manusia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus ini menyebar dari satu orang ke yang lainnya.

Virus ini dapat menyebabkan peradangan otak yang dikenal sebagai ensefalitis. Gejalanya berupa demam, sakit kepala, mengantuk, disorientasi, dan kebingungan.

Mereka yang terinfeksi bisa terkena koma dalam durasi 48 jam setelah menunjukkan gejala-gejala di atas.

Menurut WHO, virus ini memiliki tingkat kematian rata-rata hingga 75 persen.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Kontak dengan Kelelawar

20170112-Kalelawar Sindrom Hidung Putih-AS-AP Photo
Seekor kelelawar yang terkena sindrom hidung putih di sebuah gua di kawasan La Crosse Wis, AS (17/9/2010). Peneliti menemukan sindrom hidung putih yang telah menewaskan jutaan kelelawar di seluruh Amerika Utara. (AP Photo/Peter Thomson)

Infeksi virus nipah di India dan Bangladesh kerap dikaitkan dengan kebiasaan memakan getah kurma mentah yang terkontaminasi oleh kelelawar buah, serta kontak dengan kelelawar.

Belum ada obat untuk mengobati penyakit tersebut dan tidak ada vaksin untuk mencegahnya.

"Kami sekarang berkonsentrasi pada tindakan mencegah penyebaran penyakit semenjak perawatan dan terbatas pada perawatan suportif," ujar Rajeev Sadanandan, Sekretaris Kesehatan Kerala pada BBC.

Dilaporkan BBC, selain tiga kematian di atas, saat ini diduga ada enam kematian lain akibat terjangkit virus tersebut.

Sebanyak 25 orang dengan gejala infeksi virus tersebut telah dirawat di rumah sakit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya