Liputan6.com, Jakarta Tidak ada umur yang dianggap terlalu dini untuk mengajarkan edukasi seks pada anak. Apalagi saat ini kejahatan dan kasus seksual marak terjadi pada anak, berapa pun usia mereka.
"Harus diajarkan sejak dini. Sejak usia berapa? Ada yang bilang, dua tahun kekecilan enggak, tiga tahun kekecilan enggak. Tidak. Justru harus sejak dini," psikolog anak, Kantiana Taslim, menjelaskan.
Baca Juga
Menurut Kantiana, anak harus diberikan pelajaran tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam edukasi seks dan hubungan.
Advertisement
"Diajarkan aturannya apa saja. Siapa yang boleh dan tidak boleh melihat atau memegang badan kamu, siapa juga yang tidak boleh. Apa saja yang harus dilakukan kalau ada orang yang mau menyentuh kamu tapi kamu tidak suka, di area-area yang tidak boleh disentuh. Apa saja yang harus dilakukan," ujar psikolog Personal Growth tersebut ketika dihubungi Health Liputan6.com, ditulis Jumat (25/5/2018).
Selain mengenai seks, yang harus diajarkan pada anak adalah mengenai hubungan romantis seperti pacaran.
"Begitu juga dengan pacaran. Usia berapa boleh pacaran, disepakati dengan orangtua, usia berapa anak boleh pacaran. Pacaran dengan siapa, di mana, kegiatan apa saja yang boleh dilakukan bersama pacar dan teman. Itu yang harus ditekankan sejak awal," kata Kantiana.
Simak juga video menarik berikut ini:
Mengenali Anak Sendiri
Menurut Kantiana, sekalipun aturan-aturan yang ada harus disepakati dengan anak, orangtualah yang berhak menentukan kapan mereka boleh pacaran.
Selain itu, dalam pertemanan pun orangtua harus tetap mengawasi kegiatan apa saja yang mereka lakukan. Di sini, aktivitas produktif harus menjadi perhatian.
Untuk itulah, orangtua harus mampu memantau dan mengenal anak sendiri lebih dekat.
"Selain dipantau, juga (orangtua) banyak sharing sama anak, ajak anak ngobrol, diskusi, intinya lebih mengenali anak Anda sendiri. Dengan mengenali anak sendiri, akan lebih mudah untuk memantau dan menjaga kegiatan dan paparannya," Kantiana menjelaskan.
Advertisement