Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 30 ijazah hangus dan 90 anak didik trauma akibat kebakaran di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Karya Putra Mandiri di Jalan Percetakan Negara, Rawasari, Salemba, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Juni 2018. Hal ini diungkapkan oleh Komisioner bidang pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Susianah Affandy dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu (24/6/2018).
Selain PKBM, sebanyak 9 rumah warga juga terbakar dalam insiden kebakaran tersebut. Susianah mengungkapkan, hal tersebut terjadi saat pemilik PKBM sedang melakukan mudik lebaran.
Baca Juga
Dari hasil pengawasan KPAI saat melakukan kunjungan pada Sabtu, 23 Juni 2018, banyak dokumen penting hangus dalam kebakaran tersebut. Di antaranya adalah data-data siswa dan dokumen kegiatan belajar mengajar PKBM, serta data dan dokumen anak asuh Rumah Singgah Karya Putra Mandiri.
Advertisement
Tidak hanya itu, sebanyak 30 ijazah Kejar Paket A, B, dan C dengan rincian antara lain 4 ijazah Kejar Paket A, 11 ijazah kejar paket B, dan sebanyak ijazah Kejar Paket C habis terbakar.
Selain itu, kebakaran juga menghanguskan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar.
"Akibat musnahnya dokumen tersebut, peserta didik PKBM yang telah mengikuti ujian dan belum mengambil ijazahnya mengalami trauma. Mereka merasa rugi dan menyesal mengikuti ujian dan belum mengambil ijazah yang saat ini telah musnah," ujar Susianah.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Membuat Trauma Peserta Didik dan Pengelola
Dari data yang dihimpun KPAI, peserta didik yang mengikuti pendidikan kesetaraan Kejar Paket A, B, dan C di OKBM Karya Putra Mandiri adalah 70 anak berlatar belakang dari keluarga tidak mampu secara ekonomi.
Mereka berasal dari Bogor, Bekasi, Jakarta, dan sekitarnya.
"Sebagian besar mereka hidup di jalanan, anak terlantar sehingga membutuhkan motivasi dan dukungan lingkungan untuk mengenyam pendidikan," papar Susianah.
PKBM Karya Putra Mandiri sendiri menyediakan rumah singgah bagi anak-anak kesejahteraan sosial dan sebelum kebakaran dihuni oleh 90 anak.
Anak-anak tersebut tinggal di 3 titik rumah singgah yaitu di Paseban, Tanah tinggi Johar Baru, dan Rawasari.
"Musibah kebakaran telah membuat pengelola Rumah Singgah dan PKBM trauma karena peristiwa tersebut menghentikan kegiatan belajar mengajar," jelas Susianah.
Advertisement