Liputan6.com, Jakarta Saat merasa kurang sehat, kita cenderung langsung mencari obat sebagai solusi. Tapi, alih-alih mengonsumsi obat, sebuah studi menyarankan kita untuk mencoba memanfaatkan alam untuk meraih manfaat kesehatan.
Studi yang dilakukan oleh University of East Anglia (UEA) itu menunjukkan, hidup dekat dengan alam atau paparan pemandangan hijau bisa mengurangi risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, masalah jantung, tekanan darah tinggi, stres, serta meningkatkan kesehatan secara menyeluruh.
Baca Juga
"Kita cenderung mencari obat saat merasa kurang sehat tapi sebenarnya paparan lingkungan yang menyehatkan justru lebih baik karena bisa mencegah sekaligus membantu mengatasi penyakit. Studi kami menunjukkan, besarnya manfaat berada di alam bisa membawa pengaruh klinis yang berarti," ujar Andy Jones dari UEA, Inggris.
Advertisement
Alam memiliki senyawa organik yang disebut dengan Phytoncides yang dikeluarkan oleh pepohonan. Senyawa tersebut berfungsi sebagai antibakteri dan bisa meningkatkan kesehatan, klaim para peneliti.
"Orang-orang yang tinggal dekat tetumbuhan hijau memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik serta bersosialisasi. Sementara, paparan terhadap berbagai jenis bakteri yang ada di lingkungan alami juga bermanfaat meningkatkan sistem imun tubuh dan meredakan peradangan," ujar peneliti utama, Caoimhe Twohig-Bennet dari Norwich Medical School UEA.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Meningkatkan durasi tidur
Meluangkan waktu berada di alam juga bisa menambah durasi tidur dan secara signifikan mengurangi kadar kortisol saliva, penanda fisiologis stres.
Para peneliti berharap riset mereka akan memicu dokter serta tenaga kesehatan untuk merekomendasikan pasien mereka untuk lebih banyak meluangkan waktu berada di alam serta lingkungan alami.
"Kami berharap, penelitian ini akan menginspirasi orang untuk berada di luar ruangan dan merasakan manfaat kesehatannya. Semoga hasil penelitian kami akan mendorong para pembuat kebijakan untuk lebih berinvestasi pada kreasi, regenerasi, dan perawatan taman serta lingkungan hijau, terutama di area pemukiman urban," ujar Twohig-Bennet.
Melansir laman The Healthsite, Selasa (10/7/2018), studi yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research ini mempelajari sekitar 140 riset yang melibatkan lebih dari 290 juta orang dari 20 negara termasuk Inggris, AS, Spanyol, Jerman, Australia, serta Jepang.
Advertisement